Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Terkadang kwalitas proses pembelajaran tergantung pada efektif atau tidaknya komunikasi yang terjalin selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi efektif akan mampu menimbulkan arus komunikasi dua arah (feedback).
Ada dua jenis komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Namun komunikasi nonverbal cenderung sering diabaikan. Dianggap perannya tidak efektif. Padahal komunikasi nonverbal justru dapat ‘menghidupkan’ suasana proses pembelajaran.
Menurut Wikipedia komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Akan tetapi bukan berarti komunikasi non verbal dianggap sama dengan komunikasi non lisan.
Salah satu jenis komunikasi non verbal yang paling umum adalah penggunaan pakaian (penggunaan objek). Penampilan seseorang dalam bentuk pakaian terkadang menjadi sorotan perdana, walaupun hal ini cenderung stereotype. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang selalu menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Menarik bukan berarti harus mewah dan mahal. Maka sudah selayaknya seorang guru sebelum perform di depan kelas, memperhatikan dandanannya terlebih dahulu. Sehingga penampilannya di depan kelas nyaman dilihat. Paling tidak jangan sampai siswa memberikan julukan yang aneh-aneh pada guru hanya karena cara berpakaian (cara berdandan) guru yang tidak nyaman dilihat.
Sentuhan juga termasuk jenis komunikasi nonverbal. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif. Ketika seorang siswa kelihatan ragu untuk melakukan sesuatu, maka sentuhan guru berupa tepukan halus di pundaknya akan meyakinkan siswa bahwa ia mampu melakukannya.
Kebiasaan guru yang memukul-mukul meja ketika menenangkan siswanya yang berantakan adalah salah satu contoh komunikasi nonverbal yang patut dipertimbangkan untuk diteruskan. Sebagai gantinya mungkin kita bisa menggantinya dengan bertepuk tangan dua atau tiga kali untuk menarik perhatian siswa. Pemandangan ini akan kelihatan lebih elegan daripada menggebrak-gebrak meja. Jika keriuhannya tidak begitu keras bisa juga dengan meletakkan jari telunjuk di bibir.
Dalam komunikasi nonverbal, seorang guru semestinya memperhatikan gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Ketika saya di Peguruan Tinggi ada seorang dosen yang jika mengajar, selalu menghindari kontak mata dengan mahasiswanya. Baik mahasiswa maupun mahasiswi. Sehingga kesannya, beliau asyik dengan dunianya sendiri. He he he.
Terkadang Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya.
Dari uraian singkat diatas, maka komunikasi nonverbal memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Bahkan terkadang komunikasi nonverbal dianggap lebih efisien daripada komunikasi verbal. Setidaknya komunikasi nonverbal lebih menghemat waktu. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam komunikasi verbal terkadang terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abstraksi. Untuk mejelaskan ini diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
Apabila seorang guru dapat ‘mengawinkan’ komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal dengan ‘indah’, maka Insya Allah akan tercipta suasana komunikasi yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran.
Terkait dengan pembelajaran menyenangkan, penguasaan guru tentang komunikasi non verbal menjadi penting. Seringkali pembelajaran menjadi menyebalkan karena guru yang bersangkutan mahal senyum, atau menunjukkan raut muka yang kurang bersahabat.
BalasHapusSelamat menjalankan ibadah shaum
benar nonverbal sangat penting,
BalasHapustinggal diem dan gerak2 saja
hahaha
@Tentang Pendidikan (Pak Akhmad Sudrajat); benar Pak. Saya sendiri terkadang 'terjebak' juga dgn kondisi ini. he he he..!
BalasHapusBTW, trims sdh mampir Pak. Sukses slalu..!
@rezKY: Wadduuhh...apakah artikel ini 'kesan'-nya seperti itu...? Jika 'YA'... Aiihhh..artikel ini 'gagal' deh. Hiks..1001x
met berbuka sobat, salam kenal n izin follow jika nggak keberatan follow balik ya terima kasih
BalasHapusnice sobat ... ehm saya seklian folow ^^ 71
BalasHapusgak gitu mbak
BalasHapustapi kan yang non verbal kan yang kayak gitu kan
non verbal
jadi pake gerak2
heheh :D
hhihihihi saia br liat coment mba ^^ akirnya bisa juga yak? hehehe makasih ya ^^
BalasHapusiy mbak,,, para guru cenderung tidak memperhatikan hal ini,,padahal kalu di cermati lagi,,, komunikasi ini sngat lah penting dalam proses pembelajaran,,,,:)
BalasHapussaya belajar lho teori komunikasi nonverbal... hihihi...
BalasHapusTapi ada juga ya mba, guru yang sudah dari sananya memiliki komunikasi nonverbal yang baik. Mungkin itu yang benar-benar berjiwa seorang guru ya ( ini menurut pendapatku..hehe )
BalasHapusWalaupun seorang guru belajar untuk "mengawinkan" komunikasi verbal dan nonverbal, ada baiknya juga dilakukan tulus dari hati. Bagaimanapun juga, sesuatu yang disampaikan dari hati lebih mudah untuk diterima :)
Komunikasi adalah kunci utama sukses atau tidaknya sebuah pembelajaran, seorang guru yang mempu mengelola komunikasi verbal dan non verbal dengan epektif dan konstruktif ia akan didambakan oleh setiap muridnya untuk terus hadir memberikan suatu yang baru yang mencerahkan pemikiran mereka sehingga kelak mereka menjadi pelajar yang mandiri yang berdaya dan memberdayakan orang-orang di sekeliling mereka.
BalasHapusJangankan dg siswa..antar guru saja, terkadang sering guru bersikap pokoknya aku, kalu kamu ya terserah kamu..pokoknya ini meja aku..jangan taruk sesuatu disini..bagaimana pendidikan bisa maju, bila mengaplikasikan bahasa verbal-nonverbal dalam aktivtas kesehariaanya masih perlu dipertanyakan??? (RENUNGAN BERSAMA)
BalasHapus