Umar bin Khattab RA dikenal sebagai khalifah yang bergelar Amirul Mukminin selalu melakukan ‘sidak’ (Inspeksi mendadak). Ia tidak mau menerima laporan dari pejabat-pejabatnya begitu saja. Hatinya tidak puas, jika tidak langsung melihat kondisi rakyatnya. Suatu malam beliau seperti biasa melakukan perjalanan di kota Madinah. Setiap sudut kota tak luput dari pengamatannya hingga dini hari. Setelah lelah meninjau kesana-kemari, beliau pun beristirahat di sebuah tempat. Tanpa sengaja didengarnya percakapan seorang ibu dengan anak gadisnya.
“Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu.
“Jangan ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu yang dicampur air,” jawab sang anak.
“Tapi banyak orang melakukannya, nak, campurlah sedikit saja. Toh Insya Allah Amirul Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya.
“Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rabb dari Amirul Mukminin pasti melihatnya,” tegas si anak menolak.
Umar bin Khattab terperanjat mendengar kata-kata anak gadis ini. Keharuan menyelusup relung kalbunya, hingga air matanya pun berderai. Akan tetapi karena hari telah menjelang subuh, maka beliau segera bergegas meninggalkan tempat itu menuju mesjid untuk menunaikan tugas memimpin shalat subuh.
Sahabat,
Selama bulan Ramadhan, kita melaksanakan ibadah shaum. Ada keunikan dalam ibadah yang satu ini. Karena shaum adalah ibadah yang kita lakukan semata-mata untuk Allah. Kita tidak makan dan minum bukan karena kita tidak mampu mendapatkan makanan dan minuman. Namun karena kita menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat membatalkan ibadah kita, ataupun hanya sekedar mengurangi nilai ibadahnya. Sekalipun kita mempunyai peluang untuk makan dan minum, namun kita tetap kukuh untuk tidak melakukannya, karena kita meyadari Allah Maha Mengetahui apa yang kita lakukan. Jangankan apa yang kita lakukan, apa yang kita niatkan pun Allah mengetahuinya.
Alangkah indahnya jika dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun diluar Ramadhan kita juga mampu menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji, terutama hal-hal yang berhubungan dengan kemaslahatan umat. Misalnya saja korupsi, manipulasi, memancing-mancing kekeruhan suasana dan sejenisnya. Sekalipun peluang itu hadir di depan mata. Sekalipun sejagad orang tidak mengetahui kita melakukannya. Kita menahan diri karena menyadari Allah Maha Mengetahui. You’re not alone, seperti judul lagu Jacko.
Kembali pada kisah Umar bin Khatab. Setelah peristiwa itu, Umar bin Khatab sangat ‘terkesan’ dengan anak gadis tersebut. Sehingga dipanggilnya lah putranya Ashim bin Umar bin Khattab. Umar bin Khattab menyuruh putranya untuk menyelidiki keluarga gadis tersebut. Setelah mendengar hasil penyelidikan putranya, Umar memutuskan untuk melamar gadis tersebut dan dinikahkan dengan putranya, Ashim bin Umar bin Khattab.
Kemudian menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis itu. Dari pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang nantinya dikenal dengan Ummi Ashim. Suatu malam, Umar bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam seperti dia memimpin umat Islam. Mimpi ini diceritakan hanya kepada keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara keluarganya.
Dalam sejarah, Ummi Ashim setelah dewasa menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M) yang merupakan kakaknya. Abdul Mallik bin Marwan adalah seorang shaleh, ahli fiqh dan tafsir, serta raja yang baik terlepas dari permasalahan ummat yang diwarisi oleh ayahnya (Marwan bin Hakam) saat itu.
Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang putra bernama Umar bin Abdul Aziz. Beliau dilahirkan di Halawan, kampung yang terletak di Mesir, pada tahun 61 Hijrah. Umar kecil hidup dalam lingkungan istana dan mewah. Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,
“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab Insya Allah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.“
Ya, mimpi Umar bin Khattab menjadi kenyataan. Pada usia 37 tahun Umar bin Abdul Azis diangkat sebagai Khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangkan adalah menyamai keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.
Umar bin Abdul Azis adalah seorang reformis ekonomi yang mumpuni. Hal ini terbukti dengan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis semakin banyaknya rakyat yang membayar zakat, dan semakin berkurang rakyat yang menerima zakat. Bahkan sampai-sampai pegawainya di Afrika tidak menemukan orang yang mengambil zakat.
Subhanallah..!
Jika kita bandingkan dengan keadaan Negara kita sekarang. Sering media cetak maupun elektronik memberitakan betapa ricuhnya pembayaran zakat di beberapa daerah. Sehingga terkadang menimbulkan korban. Apakah memang segitu parahnya perekonomian rakyat Indonesia atau memang mental bangsa kita yang masih betah memposisikan diri sebagai ‘tangan yang di bawah’ daripada ‘tangan yang di atas’? Wallahu’alam bissawab.
Inilah sosok dua Umar yang masih berada pada satu garis keturunan yang dahsyat, yang patut kita teladani.
hmmm jadi mengharapkan sosok pemimpin yang seperti itu
BalasHapusKeduanya punya sikap yang sama pula, yaitu ketika menjelang wafatnya, orang yang berkunjung mengatakan : "Bergembiralah, surga pasti bagimu;" keduanya spontan menjawab : "Tidak! Seandainya aku masih memiliki harta dan jiwa, niscaya kan kudermakan semua untuk menebus kesengsaraan besar yang menanti di depan hingga aku pasti berada di sisi-Nya dalam keridoan."
BalasHapusSama-sama meyakini perjalan panjang yang berat dari kematian hingga Allah memberi keputusan di surga ataukah di neraka bagi kita ...
@Jasmine: selain berharap, kita juga bisa menempa diri supaya bisa menteladani kepemimpinan mereka dlm koridor masing-masing.
BalasHapusThanks sdh mampir
@Jayadi Gusti: Terimakasih teman. Komentarmu melengkapi artikel ini.
Sukses slalu..!
mantabs ..... btw admin sini cewe cowo sih wkwkwkw
BalasHapus@suryadewa: Aiihhh.. It happened again. Twapex dweh..!
BalasHapusth..e..r...l...a...l...u...! Hiks 1001x
@sriayu
BalasHapuswkwkwkw.... :))
numpang ketawa y mbak,
hahaha...
@jcita: silahkan sweety..!
BalasHapusha ha ha.. (tak bantuin ketawa na)
Subhanallah.. semoga para pemimpin kita mecontoh Umar ya.. biar adil makmur sentosa dan kaya raya (rakyatnyaa)
BalasHapusSaya tertarik dengan keadilan yang diterapkan cucu Umar dalam pemerintahannya. Akan tetapi yang terjadi di Indonesia, keadilan selalu berpihak pada kekuasaan dan uang daripada kelemahan dan kemelaratan, sungguh keterlaluan. Tidak ada keadilan untuk rakyat, yang ada hanya keadilan untuk penguasa.
BalasHapusAndaikan para pemimpin kita bisa mencontoh kepemimpinan dari kedua Umar tersebut, niscaya negeri ini akan menjadi lebih baik.
BalasHapusSaya dan keluarga menyampaikan: "Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1431 H. Mohon ma'af lahir batin. Taqabalallah minna wa minkum". Salam untuk keluarga dan semua pengunjung blog ini.
@Gaphe: Maunya g' cuma para pemimpin kita, tapi bisa d mulai dari diri kita sendiri. Bukankah stiap kita adalah pemimpin teman..?
BalasHapusThanks sdh mampir
@pelangi anak: tidak semuanya Bu. Ada jg kok pemimpin yg baik, cuma tdk ter-expose..!
@Bpk Akhmad Sudrajat: Ya Pak, akan lbh baik lg jk kita semua mencontoh beliau.
Sama2 Pak. Mhn maaf lahir bathin juga. slm juga utk keluarga...!
Terimakasih Bapak slalu menyempatkan diri berkunjung k 'gubuk' maya saya ini. Jadi merasa tersanjung. he he he..!
“Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1431 H. Mohon ma’af lahir batin. Taqabalallah minna wa minkum”.
BalasHapusWah sudah membacanya di Pesbuk ini Buk he he mkasih selalu di tag kalo ada postingan baru :)
BalasHapusmembayangkan kalo di indonesia saat ini ada sosok seperti ini,,,
BalasHapuspasti...
hehehehe .. kalo itu kan kejam langsung TEREAK MAS wkwkwkw untung saya nanya dolo :P LOL
BalasHapusSubhanallah....rindu sekali kita akan pemimpin seperti itu ya mbak..
BalasHapusDi penghujung Ramadhan ini, mohon maaf lahir dan batin atas segala khilaf ya mbak. Selamat menyambut hari kemenangan. Semoga kita masih diijinkan untuk bertemu dengan Ramadhan berikutnya ya...Amin..
SAHHUURRRRR met pagi mba :) .... ayoo smangat lagi sehari aja nih
BalasHapusassalamualaikum wr wb..
BalasHapusbesok udah lebaran..!
malam ini takbiran :)
اَللّهُ
BalasHapusاَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ
اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْ
Minal Aidin Walfa'idzin ,,
...Slamat Idul Fitri 1431 H Mohon Maaf Lahir & Bathin