MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

31 Juli 2009

Wise words of The Day


Seorang pendidik yang hebat bukanlah seorang manusia yang sempurna,
tetapi seseorang yang mempunyai ketenangan untuk mengosongkan diri
dan mempunyai kepekaan untuk belajar
- sekolahorangtua.com -

So...ketika anda memutuskan untuk menjadi guru....
Janganlah berhenti belajar dan belajar.
Never old to learn....!!
Selengkapnya...

30 Juli 2009

Akhirnya 'Cair' Juga...!


Setelah melalui polemik yang cukup panjang tentang Tunjangan Profesi, akhirnya terjawab jugalah segala pertanyaan selama ini. Antara ada dan tiada. Antara janji dan realisasi. Akhirnya guru-guru non PNS dibawah naungan Departemen Agama di lingkungan Kabupaten Langkat yang telah lulus sertifikasi menerima apa yang disebut-sebut sebagai Tunjangan Profesi.

Tunjangan Profesi bagi guru-guru Non PNS merupakan stimulus yang sangat berarti. Apalagi untuk guru-guru yang bertugas di daerah. Walaupun beberapa guru yang telah dinyatakan lulus pada awal Januari 2008 sedikit kecewa dengan ‘jumlah’ yang mereka terima, karena tidak sesuai dengan peraturan yang ada (hanya menerima untuk 6 bulan, semestinya 18 bulan/1,5 tahun), namun mereka tetap bersyukur atas anugerah itu. Pihak Mapenda Kabupaten Langkat berjanji untuk ‘meluruskan’ kekeliruan itu. Semoga niat baik Bapak-bapak pejabat di Mapenda Langkat mendapat kemudahan dan keberhasilan.

Sebagaimana tujuan pemerintah bahwa program sertifikasi diharapkan bukan hanya dapat meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia, tetapi juga meningkatkan taraf hidup para guru. Benarkah itu dapat terwujud ? Kita lihat saja nanti.

Semoga Tunjangan Profesi ini dapat benar-benar memenuhi fungsinya. Walaupun sebenarnya semuanya itu tergantung pada hati guru juga. Karena hanya guru yang bekerja dengan kolaborasi yang seimbang antara otak dan hati yang dapat mewujudkan nilai-nilai profesionalisme yang sebenarnya. Alangkah naifnya jika para pendidik menganalogikan ‘kwalitas’ tergantung pada isi kuali dan isi tas.

Yang lebih penting lagi semoga para guru baik PNS maupun Non PNS yang telah menerima Tunjangan Profesi dapat meningkatkan kwalitas kerja, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial di lingkungan kerjanya. Alangkah indahnya jika guru-guru yang telah lulus sertifikasi dan telah menerima tunjangan profesi dapat menjadi sosok yang mampu memberi motivasi bagi orang-orang di sekelilingnya.

Selengkapnya...

25 Juli 2009

Wise Words of The Day


"Ada dunia yang harus ditemukan dalam diri setiap anak,
Hanya kebijaksanaan dan kasih sayang tulus
Yang dapat membimbing mereka menemukannya."
- www.sekolahorangtua.com -

Kebijaksanaan....kasih sayang tulus.....
sungguh sesuatu yang tidak dapat dibeli dan ditukar dengan apapun

Selengkapnya...

19 Juli 2009

Bercermin pada 'Are You Smarter than A Fifth Grader?'



Sabtu malam jika tidak ada pekerjaan atau tidak ada acara lain, biasanya saya nyantai nonton televisi. Tepat pukul 19.00 WIB saya selalu turn on pada channel Global TV. Ada satu segmen di Global TV yang paling saya suka pada jam segitu, yaitu ‘Are You Smarter than A Fifth Grader ?’ yang dipandu oleh Tantowi Yahya. Pada segmen ini kita akan menemukan bocah-bocah seusia Laskar Pelangi kelas 5 SD dan berjumlah 5 orang pula. Mereka adalah Barry, Bima, Belinda, Namira dan si mungil Quinsha. Anak-anak periang, cerdas dan penuh percaya diri. I like them very much.
Tapi sebenarnya bukan anak-anak tersebut yang menjadi topik pembahasan kali ini teman. Ada satu pembelajaran yang menarik pada acara ini.

Saya justru ingin mengajak kita semua untuk bercermin pada anak-anak tersebut. Dalam segmen Are You Smarter than A Fifth Grader para peserta kuis akan dihadapkan dengan 10 pertanyaan selevel pertanyaan siswa kelas 1 sampai kelas 5 SD. Belum ada seorang pesertapun (sejauh yang saya tonton) yang berhasil sampai ke level akhir pertanyaan. Saya sendiri diam-diam sering ikutan kuis ini sambil nonton. Hasilnya…hi hi hi…. Kadang saya kalah lo sama 5 jagoan itu. Terkadang kalah cepat, terkadang kalah total alias jawaban saya salah. Bener-bener skak mat lah….. Aih itu anak-anak sungguh gemesin.

Terkadang saya berpikir, andaikata Bapak Sudibyo, Mendiknas kita ikutan quis ini, bisa gak ya beliau sampai pada level akhir. Terus andaikan gagal, mau gak ya beliau merubah aturan main kelulusan versi UN yang kontroversi itu. Ha ha ha…. Menghayal daku teman.

Terkadang beberapa teman saya yang seprofesi guru sering mengeluh tidak mampu membimbing pelajaran Matematika atau IPA anaknya yang duduk di kelas 6 SD. Tentu saja teman saya itu tidak mengajar Matematika atau IPA. Nah kalau sudah begini, terasalah betapa beratnya beban pelajaran anak-anak kita yang sehari-hari dijejali dengan ilmu dari berbagai jenis. Mulai Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Asing, Kesenian, Agama dan lain sebagainya. Haruskah kita emosi membabi buta ketika salah satu nilai mereka anjlok tanpa pernah toleransi sedikitpun ? Kita sendiri yang orang dewasa terkadang gagal me-review pelajaran-pelajaran sewaktu kita SD dulu.
Seorang teman saya yang bertugas sebagai guru juga, tetapi ia tugas di Negara tetangga, yaitu Swedia. Beliau pernah mengatakan kepada saya bahwa dari segi materi pelajaran, pelajaran di Indonesia jauh lebih berat dari pada di Swedia (kebetulan teman saya itu mengajar tingakt SD di sana). Hanya saja di sana siswa sudah dikenalkan dengan IT sejak dini. Ya eyalah lain ladang lain belalang-nya. Bukan begitu teman ?

Secara psikologis ada sedikit perubahan dalam diri setelah sering menonton ‘Are You Smarter than A Fifth Grader’. Saya lebih mampu mengontrol diri jika hasil kerja siswa sangat jauh dari yang diharapkan. Habisnya terkadang hasilnya sungguh keterlaluan. Ya ya ya…..ngaku deh. Karena jadi teringat diri sendiri yang…. “GAK LEBIH PINTAR DARI SISWA KELAS 5 SD…..!!!” (Gak pa-pa lah jika murid sendiri ada yang baca artikel ini…he he he…. ). Salut buat Global TV yang punya ide meng-create acara seperti itu.

Yang belum pernah nonton…..monggo….silahkan….tonton deh di Sabtu malam….!!

Selengkapnya...

5 Juli 2009

Wise words of The Day


Buatlah Hidupmu Berguna Bagi Orang Banyak,
Karena Kamu Juga Akan Membutuhkan Orang Banyak
- Fred Lawson -

So….. Tolong menolong itu hanya masalah waktu teman,
Hari ini kita menolong orang, mungkin besok kita yang membutuhkan pertolongan orang lain.

Selengkapnya...

Benarkah Mudah Menjadi Profesional?



Semua orang tentu ingin menjadi professional terhadap profesi yang di embannya. Apalagi di era global yang segala sesuatu menjurus kepada arena yang serba digital. Begitu juga dengan profesi tenaga pendidik atau yang familiar di sebut dengan guru. Menjadi guru yang professional tidaklah gampang. Begitu pemikiran saya yang awam ini. Membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Maka ketika saya menemukan buku yang berjudul CARA MUDAH MENGEMBANGKAN PROFESI GURU, saya senyum-senyum sendiri. Tau kenapa? Ya merasa diledek aja. He he he…. Seperti biasa setiap menemukan buku baru saya selalu lihat daftar isi. Hmmm…..asyik juga content-nya, teman. Ini saya share sedikit bocorannya.

Buku ini berjudul CARA MUDAH MENGEMBANGKAN PROFESI GURU. Tentu saja yang dimaksud adalah mengembangkan profesi guru menjadi guru yang professional. Penulisnya adalah Drs. R. Wakhid Akhdinirwanto, M.Sc dan Dra. Ida Ayu Sayogyani serta editor Didik Komaidi, S.Ag., M.Pd. Terdiri dari 252 halaman dan cetakan pertama pada bulan Mei 2009. Harga tidak begitu mahal. Hanya Rp 38.000,- Ya setidaknya murahlah daripada susun plus cetak sendiri. He he he. Belum lagi ditinjau dari segi manfaat. Pokoke mantaplah…!

Dalam buku ini dibahas tentang bagaimana seorang guru harus mengembangkan profesinya degan cara :

1. Memaham Profesi.

2. Meningkatkan Kompetensi

3. Meningkatkan Kenaikan Pangkat/Golongan (ini bagi guru PNS, lantas yang non-PNS bagaimana? He he he…gak usah dipikirin. Toh guru non PNS yang telah lulus sertifikasi mendapat jumlah tunjangan profesi yang sama dengan guru PNS, sesuai dengan jenjang inpassing masing-masing. So Pake jargon Depag aja…. Ikhlas Beramal. Dijamin gak pernah merasa rugi… dunia akhirat. Cieee…..)

4. Menulis Karya Ilmiah seperti Makalah, Penelitian (PTK), Laporan Penelitian, Artikel Ilmiah Populer, dll.

Nah cucok bangetkan dibaca oleh guru-guru yang belum pernah menulis KTI dan ber-PTK seperti saya. He he he… Memang bagi rekan-rekan yang sering searching di google info ini mudah di dapat. Tapi saya menemukan ada hal-hal lain yang lebih special dari pada googling. Pemaparan di buku ini cukup sistematis walaupun dijabarkan semua topic di atas hanya dalam 252 halaman. Yang pasti singkat, tepat, padat dan langsung ke point sasaran.

Tidak salah kiranya pada cover depan tertulis BUKU WAJIB GURU. Emang layak sih untuk dibaca bukan hanya oleh guru, tetapi juga untuk calon guru dan peminat keguruan.

Satu hal yang menarik pada buku ini. Pada halaman 32 terdapat pesan moral yang cukup nendang. Begini bunyinya:

“Bagaimana pun luasnya wawasan dan ketrampilan yang dipersyaratkan di atas, tanpa ada kemauan untuk mencoba melakukannya, karya tulis tersebut tidak pernah akan terwujud.”

O,ya ada satu pesan saya teman. Jika anda membeli buku ini dalam keadaan masih disegel, buka aja deh segelnya langsung di temapt atau di depan kasir. Lalu periksa tiap halaman. Jangan seperti saya, buka segel di rumah, setelah dilihat ada halaman yang kosong yaitu halaman 150 dan 155. Mau balik ke Gramedia lagi..hiii….gak ku ku la…. Medang-Brandan ± 82 km. Ya emang rezekinya gitu kali ye….

Selengkapnya...

3 Juli 2009

Wise words of The Day


Kata-kata Adalah Sesuatu Yang Sangat Berharga
Maka Pergunakanlah Hanya Untuk Kebenaran

Jadi inget jargon.... Talk Less... Do More....!!

Selengkapnya...

Dari Teacher Center Menuju Student Center


Pengembangan Kurikulum di Negara kita cenderung menjadi sorotan masyarakat akhir-akhir ini. Baik itu masyarakat dari rumpun pendidikan maupun non pendidikan. Kurikulum yang cenderung gonta ganti dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun menimbulkan polemik. Mungkin ada baiknya sebelum kita membicarakan hal ini lebih jauh, kita tinjau kembali pemikiran Bapak Drs. Abdullah Idi, M.Ed dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Beliau menyatakan bahwa ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Salah satu diantaranya adalah Prinsip Relevansi.

Dalam Oxford Advanced Dictionary of Current English kata relevansi atau relevant mempunyai arti (closely) connected with what is happening, yakni mempunyai arti kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi.
Soetopo dan Soemanto (1993: 49-50) dan Subandijah (1993: 49-50) mengungkapkan prinsip relevansi dalam pengembangan kurikulum sebagai berikut:

1. Relevansi Pendidikan Dengan Lingkungan Anak Didik
2. Relevansi Pendidikan Dengan Kehidupan Sekarang dan Kehidupan Yang Akan Datang
3. Relevansi Pendidikan Dengan Dunia Kerja
4. Relevansi Pendidikan Dengan Ilmu Pengetahuan.

Beranjak dari hal tersebut di atas, dinyatakan pula bahwa salah satu komponen kurikulum ialah Komponen Strategi Belajar Mengajar. Jika kita membicarakan Strategi Belajar Mengajar maka tidaklah terlepas dari unsur Pendekatan (approach), model dan metode (method). Seiring dengan pengembangan kurikulum selama ini, telah terjadi perubahan Paradigma Pendidikan dikalangan para tenaga pendidik.

Jika dahulu Paradigma Pendidikan kita mengarah kepada Teacher Center, maka sekarang arah itu perlahan tapi pasti telah berubah menuju Student Center.

Bagaimanakah ciri-ciri pembelajaran Student Center ? Pembelajaran Student Center adalah Pembelajaran yang bersifat GENT (Govern Enforce Notify Tells and Sanction). Govern yang berarti mengajar itu lebih bersifat memerintah, dipusatkan pada pembentukan tingkah laku stimulus–respon terdiri dari :
• Enforce
• Notify
• Tells
• Sanction

Enforce yang berarti memberi reward(penghargaan), tetapi memaksa karena siswa dipaksa untuk memberi respon dari stimulus yang diberikan guru.

Notify yaitu guru mengamati siswa satu persatu dengan maksud memaksakan sesuatu, yaitu pembentukan perilaku yang diharapkan

Tells yaitu guru banyak bicara, dalam arti berbagai hal yang diketahui guru diinformasikan kepada siswa
Sanction yaitu pemberian sangsi atau hukuman

Sedangkan pembelajaran yang bersifat Teacher Center ciri-cirinya ialah peran guru di kelas berubah (Peran–peran yang bersifat GENTS menuju FEMALES ). Strategi pembelajaran berkembang, dari pemberian konsep-konsep menuju kepada ketrampilan-ketrampilan berpikir atau mengaplikasikan konsep-konsep.

FEMALES adalah singkatan dari:

• Facilitate, yaitu guru sebagai fasilitator, guru tidak selalu merasa serba tahu; (so jika kita emang gak tahu ngaku aja, dan berjanji untuk mencari tahu. Daripada berlaku sok tahu..bisa menyesatkan peserta didik lo. He he he...)
• Enable, yaitu membuat siswa mampu berbuat sesuatu;
• Monitor, yaitu guru memonitor proses yang sedang berlangsung;
• Advice, yaitu peran guru sebagai penasehat, pemberi saran gagasan
• Listen, guru hendaknya banyak mendengar pendapat siswa atau menyadap proses yang berlangsung dalam kelas.
• Empathy, yaitu sikap guru mampu menghayati hal yang dialami/dirasakan siswanya;
• Support, yaitu peran guru sebagai pendukung yang dilakukan siswanya.

Berdasarkan karakteristik peran GENTS dan FEMALES, maka orientasi pembelajaran berubah dari Teacher Centered menuju Student Centered. Walaupun secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan (perkembangan), namun kenyataan di lapangan masih menunjukkan fenomena yang sebaliknya, yaitu masih banyak guru yang berorientasi pada teacher centered, yaitu guru masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran (transformator). Hiks..hiks… ngaku deh…kadang-kadang saya juga masih gitu… Kadang-kadang lo… ya gitulah, kadang-kadang…kiding-kiding…kudung-kudung…. He he he….

Perubahan paradigm inilah yang kemudian menghadirkan model-model pembelajaran seperti Inkuiry, Discovery Kooperatif, Direct Instruction (DI), Problem Based Instruction (PBI) dan lain-lain. Ntar deh kita bahas…dengan catatan…. Jika sudah diaplikasikan… Ya ya ya… Ibda’ binafsih teman.

Referensi:
1. Drs. Abdullah Isi, M.Ed, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Gaya Media Pratama, Jakarta. 1999
2. Soetopo, H.S & Soemanto, W., Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. 1993
3. Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1993
4. EZRA JHEMIYANTA, S.Pd., M.Pd; Presentasi Seminar Model-model Pembelajaran


Selengkapnya...