MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

30 Agustus 2010

Komunikasi Nonverbal Dalam Proses Pembelajaran



Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Terkadang kwalitas proses pembelajaran tergantung pada efektif atau tidaknya komunikasi yang terjalin selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi efektif akan mampu menimbulkan arus komunikasi dua arah (feedback).

Ada dua jenis komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Namun komunikasi nonverbal cenderung sering diabaikan. Dianggap perannya tidak efektif. Padahal komunikasi nonverbal justru dapat ‘menghidupkan’ suasana proses pembelajaran.

Menurut Wikipedia komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Akan tetapi bukan berarti komunikasi non verbal dianggap sama dengan komunikasi non lisan.

Salah satu jenis komunikasi non verbal yang paling umum adalah penggunaan pakaian (penggunaan objek). Penampilan seseorang dalam bentuk pakaian terkadang menjadi sorotan perdana, walaupun hal ini cenderung stereotype. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang selalu menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Menarik bukan berarti harus mewah dan mahal. Maka sudah selayaknya seorang guru sebelum perform di depan kelas, memperhatikan dandanannya terlebih dahulu. Sehingga penampilannya di depan kelas nyaman dilihat. Paling tidak jangan sampai siswa memberikan julukan yang aneh-aneh pada guru hanya karena cara berpakaian (cara berdandan) guru yang tidak nyaman dilihat.

Sentuhan juga termasuk jenis komunikasi nonverbal. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif. Ketika seorang siswa kelihatan ragu untuk melakukan sesuatu, maka sentuhan guru berupa tepukan halus di pundaknya akan meyakinkan siswa bahwa ia mampu melakukannya.

Kebiasaan guru yang memukul-mukul meja ketika menenangkan siswanya yang berantakan adalah salah satu contoh komunikasi nonverbal yang patut dipertimbangkan untuk diteruskan. Sebagai gantinya mungkin kita bisa menggantinya dengan bertepuk tangan dua atau tiga kali untuk menarik perhatian siswa. Pemandangan ini akan kelihatan lebih elegan daripada menggebrak-gebrak meja. Jika keriuhannya tidak begitu keras bisa juga dengan meletakkan jari telunjuk di bibir.

Dalam komunikasi nonverbal, seorang guru semestinya memperhatikan gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Ketika saya di Peguruan Tinggi ada seorang dosen yang jika mengajar, selalu menghindari kontak mata dengan mahasiswanya. Baik mahasiswa maupun mahasiswi. Sehingga kesannya, beliau asyik dengan dunianya sendiri. He he he.

Terkadang Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya.

Dari uraian singkat diatas, maka komunikasi nonverbal memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Bahkan terkadang komunikasi nonverbal dianggap lebih efisien daripada komunikasi verbal. Setidaknya komunikasi nonverbal lebih menghemat waktu. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam komunikasi verbal terkadang terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abstraksi. Untuk mejelaskan ini diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.

Apabila seorang guru dapat ‘mengawinkan’ komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal dengan ‘indah’, maka Insya Allah akan tercipta suasana komunikasi yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran.

Selengkapnya...

27 Agustus 2010

Ramadhan yang Bergejolak


Ramadhan yang ku lalui dulu
Adalah Ramadhan nan syahdu
Berbagi dengan wajah-wajah yang semula sendu
Lalu berbinar ceria karena terharu

Tetapi di hari-hari Ramadhan ku kali ini
Ada nuansa pilu ku temui
Wajah-wajah marah di sana sini
Kata-kata hujatan tak terkendali
Aksi protes sebagai curahan isi hati
Semua menghiasi media negri ini

Duhai Bunda Pertiwi
Semua yang dilakukan anak negri
Dengan alasan membela harga diri
Dari prilaku negri ‘jiran’ yang melukai

Ya Robbi
Hanya Engkau yang Maha Mengetahui
Apa yang terbaik bagi negri kami
Beri petunjukMu pada para pemimpin negri
Menentukan langkah sebagai solusi
Lindungi saudara-saudari kami
Yang memperjuangkan hidup sebagai TKI

Ya Robbi
Ampuni saudara-saudara kami
Yang marah tanpa kendali
Hujani Nur RamadhanMu pada kami
Agar ditemukan pembelajaran dari amarah ini..!

Ya Robbi
Jauhkan kami dari nafsu angkara
Dalam mengapresiasi makna Merdeka
Sungguh kami cinta Indonesia…!

Selengkapnya...

23 Agustus 2010

Ketika Ramadhan Menjadi Kenangan (Lagi)


Nyaris dua purnama telah berlalu
Namun hanya maaf yang bisa kuberikan padamu
Mencoba untuk mengerti khilafmu
Betapa sulit menemukan celah itu

Jejak kita telah mengundang banyak mata
Mereka mencerna dan menganalisa
Sementara aku tiada pernah menduga
Layaknya air mengalir begitu saja

Dan di Ramadhan ini
Jika ku khatamkan, bukan berarti ku akhiri

Ya Robbi….
Sungguh tak bisa ku hindari
Ketika Ramadhan Menjadi Kenangan Lagi…!
(Namun RamadhanMU tetap ku rindu..!)
Selengkapnya...

15 Agustus 2010

Sinergi Nur Ramadhan dan Semangat Merah Putih



Ramadhan sebagai bulan barokah, bulan dengan ‘nur’ istimewa dengan segala keutamaan yang telah disebarkan Allah SWT pada bulan ini. Harapan kita ‘nur’ atau cahaya Ramadhan akan tetap membias pada bulan-bulan lain di luar Ramadhan. Khusus Ramadhan tahun ini, memiliki nilai plus bagi bangsa Indonesia. Nilai plus itu ialah pada tanggal 7 Ramadhan 1431 H, bertepatan dengan 17 Agustus 2010. Hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Momen yang sangat tepat bagi kita untuk lebih khusyuk mensyukuri anugrah dan nikmat kemerdekaan ini.

Pada hitungan kemerdekaan yang ke-65, sudah semestinya kita mengevaluasi berbagai hal yang sudah kita raih, program yang belum terlaksana, atau program yang gagal, dan segala sesuatu yang masih berantakan. Menghujat semua kegagalan bukanlah suatu penyelesaian. Namun terbuai dengan berbagai kesuksesan hanya akan membuat kita menjadi lengah. Walaupun kita pernah dijajah jepang selama 3,5 tahun, waktu yang singkat jika dibandingkan masa penjajahan Belanda yang mencapai 3,5 abad, namun menorehkan ‘luka’ yang cukup dalam, akan tetapi ada baiknya kita mencontoh kebangitan Jepang. Negri mereka yang diluluh lantakkan bom oleh Amerika, membuat mereka menjadi bangsa yang bersatu. Bersatu menata puing-puing kehancuran. Sebagai Negara yang rentan dengan bencana gempa, justru hal ini membuat ilmu mereka semakin terasah, mereka terus melakukan penelitian dan uji coba bagaimana ‘bertahan’ dengan bencana yang tidak mungkin mereka hindari ini. Sedangkan kita jika terjadi bencana, kita malah sibuk menyalahkan berbagai pihak.

Khusus dalam dunia pendidikan, masih banyak hal-hal yang harus kita benahi. Mencermati polemik UN yang tiada habis-habisnya, setiap tahun kebijaksanaan UN mengundang kontroversi, program RSBI yang bernuansa trial and error dan dipaksakan. Namun apakah semua masalah itu selesai hanya dengan saling menyalahkan? Tentu tidak teman.

Salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah negri ini adalah jika kita semua sama-sama berusaha ‘belajar’ untuk dapat menempatkan diri sebagai ‘sumber solusi’ bukan ‘sumber masalah’. Seperti pesan Rasulullah; Ibda’ binafsih. Dengan nuansa iman dan kesucian Ramadhan kita introspeksi diri, apa yang telah kita lakukan untuk Indonesia sesuai dengan posisi profesi kita masing-masing.

Berikut ini adalah kutipan pesan-pesan dari George Carlin, seorang komedian di era 70-an dan 80-an. Sungguh tepat jika pesan-pesan beliau ini kita jadikan renungan di HUT RI ke 65 tahun ini. Walaupun beliau seorang comedian, ternyata ia mampu menulis sesuatu yang sangat menyentuh dan bijak.

Paradoks dalam zaman di masa hidup kita adalah
bahwa kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi
tetapi kesabaran yang pendek,

jalan bebas hambatan yang lebih lebar
tetapi sudut pandang yang lebih sempit.

Kita mengeluarkan uang lebih banyak, tetapi memiliki lebih sedikit.

Kita membeli lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit.

Kita memiliki rumah yang lebih besar dan keluarga yang lebih kecil,
lebih nyaman, tetapi waktu yang lebih sedikit.

Kita memiliki lebih banyak gelar, tetapi logika yang lebih sedikit,

Kita lebih banyak pengetahuan, tetapi penilaian yang lebih sedikit,

Kita lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak masalah,

Kita lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih sedikit.

Kita minum dan merokok terlalu banyak,
meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh,
tertawa terlalu sedikit, menyetir terlalu cepat,
marah terlalu besar, tidur terlalu larut,
bangun terlalu lelah, membaca terlalu sedikit,
menonton TV terlalu banyak, dan berdoa terlalu jarang.

Kita telah melipatgandakan barang milik kita, tetapi mengurangi nilai kita.

Kita terlalu banyak berbicara, terlalu jarang mencintai,
dan terlalu sering membenci.

Kita telah belajar bagaimana mencari uang, tetapi bukan kehidupan.

Kita telah menambah tahun-tahun dalam hidup kita,
tetapi bukan kehidupan dalam tahun tahun tersebut.

Kita telah mencapai bulan, tetapi memiliki masalah
dalam menyeberang jalan dan menemui tetangga baru.

Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi bukan dalam diri kita.

Kita telah melakukan hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang lebih baik.

Kita telah membersihkan udara, tetapi mengotori sang jiwa.

Kita telah mengalahkan atom, tetapi bukan rasa diskriminasi.

Kita menulis lebih banyak, tetapi mempelajari lebih sedikit.

Kita berencana lebih banyak, tetapi mencapai lebih sedikit.

Kita telah belajar untuk terburu-buru, tetapi bukan menunggu.

Kita membuat lebih banyak komputer
untuk menampung lebih banyak informasi,
menghasilkan fotocopy yang lebih banyak,
tetapi kita berkomunikasi semakin lebih sedikit.


Ini adalah zaman dimana makanan siap saji dan pencernaan yang lambat, orang besar dengan karakter yang kecil,
keuntungan yang tinggi dan hubungan yang renggang.

Ini adalah zaman dimana ada dua penghasilan
tetapi lebih banyak perceraian, rumah yang lebih mewah
tetapi keluarga yang berantakan.


Ini adalah zaman dimana perjalanan dibuat singkat,
popok sekali pakai buang, moralitas yang mudah dibuang,
hubungan satu malam, berat badan berlebihan, dan pil-pil yang melakukan segalanya dari menceriakan, menenangkan, sampai membunuh.

DAN INGATLAH SELALU:

Hidup tidak diukur oleh jumlah nafas kita, tetapi oleh saat-saat yang menghabiskan nafas kita.

Oya, terimakasih kepada Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak yang telah mengizinkan saya memboyong banner animasi HUT RI ke-65. Jazakillahi Khairan Katsir. Salam Merdeka...!
Selengkapnya...

12 Agustus 2010

Ketika Ramadhan Menjadi Kenangan


Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Ada yang meyusup di sudut kalbu
Lembut … menyentuh….

Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Ada getar tak berdawai
Berdenting… membuai…

Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Ada aura menari-nari di depan mata
Menyapa… mempesona…

Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Ada yang menghentak di ruang jiwa
Meronta… membahana….

Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Sejauh apapun aku menghindari
Sekeras apapun aku mengingkari
Namun aura itu terus membayangi

Ya Rabb…
Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Jangan biarkan kenangan itu
Mengikis kerinduanku akan Ramadhan-MU

Ya Rabb…
Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Jadikanlah kenangan itu pemicu ibadahku
Yang membuatku semakin tidak berjarak dengan MU

Ya Rabb…
Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Jadikanlah kenangan itu mengasah kedewasaanku
Mempertajam kebijaksanaanku

Ya Rabb…
Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Kusadari…Betapa Maha Guru-nya ENGKAU
ENGKAU putar balikkan semua yang dulu pernah ku TIDAK-kan
ENGKAU tunjukkan semua yang dulu pernah kusebut… Bagaimana bisa..!!
ENGKAU ajarkan kepadaku…. Inilah hidup..!!

Ya Rabb….
Ketika Ramadhan menjadi kenangan
Ampuni aku….
Yang naif membaca isyarat-MU

=======================================================

Aku tidak tahu, goresanku ini apakah layak disebut puisi, syair atau apa. Yang pasti untaian kata itu mengalir begitu saja on Thursday, April 1, 2010 dan ku posting di Note FB ku at 9:42pm. Jika hari ini tepat pada 2 Ramadhan 1431H ku posting kembali di sini (maaf, semoga tidak ada yang jingkrak-jingkrak karena ku sebut di sini. Hiks..!), itu karena kenangan itu kembali menari-nari disudut sanubari. Ya Rabbi, beri aku kemampuan mengendalikan semua ini. Amin...!
Selengkapnya...

7 Agustus 2010

Ramadhan Sebagai Madrasah I’dadun Nufus


Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta sebagai pembeda (antara hak dan batil).
Karena itu, barang siapa diantara kamu ada dibulan itu, maka berpuasalah
(Al-Baqarah 185)


Saat ini kita telah sampai di penghujung bulan Sya’ban. Insya Allah sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan barokah, rahmah dan maghfirah. Sebagaimana kutipan terjemahan dari surah Al Baqarah di atas, bahwa pada bulan ini berabad-abad yang lalu Al Qur’an diturunkan sebagai Kitab suci dan merupakan Furqan (pemisah) antara hak dan bathil. Di bulan ini juga kita diwajibkan berpuasa (Shaum). Suatu panggilan kewajiban yang diserukanNya hanya bagi orang-orang yang beriman. Ya, hanya orang yang beriman saja lah yang merasa terpanggil dengan seruan ini (Al Baqarah 183).

As-Shaum berarti Al-Imsaak, menahan diri. Yang dimaksud adalah menahan diri bukan hanya dari makan dan minum melainkan juga menahan diri dari hawa nafsu, keserakahan, kemarahan dan kecenderungan-kecenderungan berlebihan kepada materi dan kecintaan kepada kepuasan, kekuasaan dan kedudukan.

Ramadhan tidak ubahnya sebagai ‘kawah candradimuka’. Di bulan ini kita melatih diri dengan niat dan kemauan yang kuat (taqwiyatul iradah). Selain itu shaum juga merupakan tarbiyah (pembelajaran) untuk melatih kesabaran (tarbiyatul ‘alash-shabr), kesabaran dalam menjalani hidup dan cobaan, kesabaran dalam menjauhi kemaksiatan serta kesia-siaan dan kesabaran dalam bertaat kepada Allah, menjalankan perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita. Shaum juga memberikan kesempatan kepada kita untuk melatih diri mengenal nikmat Allah SWT (ta’rifun ni’mah).

Orang yang bisa merasakan manis adalah mereka yang pernah merasakan pahit. Kita bisa merasakan nikmatnya kenyang setelah kita tahu bagaimana rasanya lapar.
Dengan demikian Ramadhan adalah madrasah untuk I’daadun nufus dalam rangka jihad fi sabilillah, persiapan mental menghadapi jihad di jalan Allah. Mental yang kita harapkan tetap melekat dalam diri sekalipun telah keluar dari bulan Ramadhan.

Sebelum memasuki Ramadhan, izinkan saya mohon maaf kepada semua sahabat-sahabat blogger dan kepada siapa saja yang pernah berkunjung di sini, yang mengenal saya di dunia maya maupun di alam nyata. Selama kita bersilaturahmi, mungkin ada kekhilafan yang sungguh tiada pernah disengaja apa lagi diniatkan, yang mungkin pernah menjadi ‘kesan’ tidak nyaman di sanubari anda semua. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya mohon dimaafkan. Agar kita semua dapat memasuki bulan suci ini dengan hati yang suci pula. Sehingga kita dapat kembali fitri di 1 Syawal 1431 H nanti.

Semoga kita dapat mengaplikasikan program Ramadhan kita dengan rencana Qiyaam Ramadhan tahun ini untuk meraih ‘door prize’ yang telah disediakan Allah SWT di 10 hari pertama sebagai bulan Barokah, 10 hari kedua sebagai bulan Rahmah dan 10 hari terakhir sebagai bulan Maghfirah yaitu bulan Al-‘Itqu minan-naar; membebaskan diri dari api neraka.

Semoga Allah memberi kemampuan kepada kita untuk menunaikan tugas-tugas yang dibebankan kepada kita serta kemampuan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang tak kunjung berhenti ini. Semoga bertambah iman dan amal kita. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Selamat Menunaikan Ibadah Shaum Ramadhan Bagi yang Menjalankan
Taqobbalallahu Mingkum Minna wa Mingkum
Selengkapnya...

2 Agustus 2010

Menumbuhkan Minat Belajar Anak Melalui Metode Cerita


Beberapa hari yang lalu salah seorang teman di FB saya, yang kebetulan ketika ia masih mahasiswa praktek mengajar di madrasah tempat saya tugas, meminta saya sharing dalam menghadapi keunikan siswa. Terutama siswa di tingkat Madrasah Ibtidaiyah yang cenderung tidak bisa duduk diam dalam mengikuti pelajaran. Cenderung jahil pada teman, sulit diatur dan prilaku lainnya yang sejenis dengan hal itu.

Saya jadi ingat lagu Kumpul Bocah-nya Vina Panduwinata. Anak seusia siswa yang duduk di Madrasah Ibtidaiyah (sederajat SD) memang cenderung tidak bisa duduk diam, dan itu menurut saya wajar alias ‘sehat’. Tetapi bukan berarti mereka tidak dapat dikenalkan dengan peraturan. Mereka bahkan masih dapat diajak kerja sama dalam proses pembelajaran.

Ada orang bijak mengatakan, You can’t teach your student if you can’t reach them. Dalam falsafah Quantum Teaching juga dinyatakan Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maka sebelum kita mampu ‘meraih’ mereka, dan mengenal dunia mereka, maka jangan salahkan mereka jika mereka lebih asyik dengan dunianya sendiri, lalu kita yang di depan kelas dicuekin. He he he..!

Menjadi pusat perhatian siswa, itu adalah trik pertama yang harus kita lakukan untuk berkolaborasi dengan anak-anak ‘sehat’ yang tidak bisa diam ini. Tawarkanlah sesuatu yang paling mereka suka. Salah satu hal yang paling disukai oleh anak-anak ini adalah CERITA. Ya ajak mereka bercerita. Tentu saja bukan cerita omong kosong atau bebual belaka. Tapi cerita yang punya ‘isi’, alias bukan ‘pepesan kosong’. Misalnya saja cerita tentang kisah-kisah yang dialami para Rasul. Diantara kisah Rasul yang relevan dengan menumbuhkan minat belajar anak adalah Kisah Bergurunya Nabi Musa kepada Nabi Khaidir (sebagian riwayat menyebut namanya Nabi Khidir)

Kisah lengkap tentang hal ini disebutkan dalam Al Qur'an pada Surah Al-Kahfi ayat 60-82.

Kita juga dapat menemukan Kisah ini dalam buku Akhlak Yang Mulia karangan Drs. Humaidi Tatapangarsa, Penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya tahun 1980. Jadul memang, tetapi isinya bagus banget. Atau jika ingin membaca secara online-nya silahkan simak di sini dan di sini. He he he.. Maaf temans, mulanya ingin mengetik langsung di sini, tetapi ini jari sudah dari tadi menari-nari di atas keyboard, twapex dweh..! Jadi langsung tadi muncul pikiran…aihh…kenapa gak googling aja. Ha ha ha..! Sekalian cari tambahan pahala share link-link bermanfaat. Boleh dong..!

Untuk menyampaikan cerita ini kepada anak-anak, bisa saja menggunakan bahasa narasi yang kita sesuaikan dengan bahasa gaul mereka sekarang. Yang penting pesan dari kisah ini tersampaikan.

Ada beberapa nilai pembelajaran dari kisah ini. Antra lain:

1. Di atas langit masih ada langit; maksudnya jangan pernah merasa lebih pintar dari orang lain. Karena pasti ada orang lain yang juga jauh lebih pintar dari kita. (Nabi Musa yang seorang Rasul masih tetap ingin menambah ilmu dengan belajar, bahkan rela mencari gurunya Nabi Khaidir. Bukan Sumur yang mencari timba, tetapi timba lah yang mencari sumur. Bukan Guru yang mencari murid, tetapi murid lah yang mencari guru).

2. Belajar harus sabar. Segala sesuatu perlu proses

3. Berbicara/bertanya kepada guru harus tahu adabnya. Harus tahu peraturan dan sopan santun. Tidak boleh bertanya sembarang waktu karena hal ini dapat mengganggu proses pembelajaran.

Saya sudah mempraktekkan metode bercerita ini, dan biasanya anak-anak yang semula lasak gak bisa di atur, begitu ditawarin… “Mau dengar cerita gak…?” Langsung deh jawabnya ….. “Maaauuu…!”

Nah kalo ‘klik’ ini sudah dapat, bisa dibumbui dengan beberapa komitmen selama kita bercerita. Misalnya yang mengganggu jalannya cerita harus cerita didepan kelas. He he he…!

Biasanya (seperti yang sudah saya alami), anak-anak sangat berkesan dengan kisah ini. Hal ini terbukti terkadang mereka mulai menegur teman-temannya yang tidak tertib belajar dengan komentar…. “Belajar tu harus sabar…. Ingat kisah Nabi Musa….!”
Terkadang metode ini tidak hanya dapat digunakan untuk tingkat SD/MIS saja untuk menumbuhkan minat belajar atau menarik perhatian mereka, tetapi untuk tingkat SMP/MTs dan SMA/MA pun bisa juga. Tentu saja dengan kwalitas bahasa yang sesuai dengan usia dan pola pemikiran mereka. Bukankah pada umumnya semua tingkat usia masih doyan cerita…?
Selengkapnya...