MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

28 Juli 2010

Award dari Dek Nilla Gustian



Puitis, cenderung romantis dan berkarakter, itulah kesan pertama ketika berkunjung ke salah satu blog yang diberi title Aku Ingin Pulang di Kala Senja oleh pemiliknya, Nilla Gustian. Sebuah blog yang tulisan-tulisannya sarat makna. Jika berkunjung ke sini, kesejukan selalu menyelimuti kalbu, meskipun terkadang terharu biru. Tulisan-tulisannya selalu membuat saya menikmatinya sembari bermain antara otak kiri dan otak kanan. Bahkan terkadang menyerempet ke otak tengah.

Pertengahan Juli kemarin adik Nilla mampir ke blog saya, dan di buku tamu menitipkan pesan begini “Assalammu'alaikum kakakku....ada award, silahkan diambil ya..”

Aih, jadi terharu. Begitu perhatiannya Dek Nilla dengan blog mbakyu-nya ini. Terimakasih award-nya, semoga award ini menambah semangat saya untuk tetap eksis nge-blog, dan content Sharing is Fun semakin bermanfaat bagi pengunjungnya, terutama bagi pemiliknya sendiri. Buat Dek Nilla, mbak gak bisa membalas segala perhatian dan kebaikanmu. Tapi mbak yakin semoga Allah SWT akan membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda. Insan tegar dan mandiri seperti dirimu layak untuk mendapatkan kebahagiaan disetiap relung kehidupannya. Semoga segala kebaikan dan kebahagiaan selalu tertuju padamu Dek Nilla. Waduuhh…maaf ne postingan jadi rada curhat. Halaahhh sebodo lah. All out is much be better. He he he..!

Jika dalam Cinta di dalam Gelas-nya Andrea Hirata ada tokoh Enong yang menjadi Guru Kesedihan bagi Ikal, maka Nilla Gustian tidak ubahnya seperti Guru Kehidupan bagi saya. Karena saya sering menemukan pembelajaran hidup dari content blog-nya. Sungguh ini pengakuan dari lubuk hati yang terdalam. (Tapi jika ada yang pengen bilang …. L…e…b…a…y… Yeee….EGP lah.. he he he..!)

Oleh karena itu saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada seseorang (gak berani nyebut namanya… atut disomasi… Hiks…!) yang telah ‘menuntun’ saya sehingga saya mengenal Dek Nilla dengan blog-nya Aku Ingin Pulang di Kala Senja. Senang mengenal anda semua di dunia maya ini..!

Keep blogging…. Keep Posting… Keep smiling…. And…. Keep be my friends…!
Selengkapnya...

24 Juli 2010

Smart Teaching – For Great Teacher (Part Four)


Smart Teaching – For Great Teacher (Part Four)
Oleh: Syahrul Komara
(Direktur Eksekutif ABCO TRAINING CENTER Sumut)

Change Your Beliefs and You Change Your Destiny – Sterling W. Sill

Sebelum anda masuk pada pembentukan pola pikir (mindset), mari anda pahami dulu apa itu mindset. Mindset adalah kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang yang berikutnya menentukan perilaku dan pandangan, sikap serta masa depan seseorang.
Dengan demikian kalau anda mau merubah mindset maka anda harus merubah belief atau kumpulan kepercayaan anda.

Menurut filosofi Transformational Thinking, manusia terdiri atas tiga system yaitu Sistem Perilaku (Behaviour System), Sistem Berpikir (Thinking System) dan Sistem Kepercayaan (Belief System).

System Perilaku (Behaviour System) adalah cara anda berinteraksi dengan dunia luar, juga interaksi dengan realitas. Sehingga perilaku akan mempengaruhi pengalaman, dan pengalaman akan mempengaruhi sistem berpikir.

System Berpikir (Thinking System) berlaku sebagai filter dua arah yang menterjemahkan berbagai kejadian atau pengalaman yang anda alami menjadi suatu kepercayaan, yang selanjutnya kepercayaan akan mempengaruhi tindakan anda sehingga menciptakan realitas anda.

Sistem Kepercayaan (Belief System) inti segala sesuatu yang anda yakini sebagai realitas, kebenaran, nilai hidup, dan yang anda tahu tentang dunia ini.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru sulit berubah:

1. Merasa tidak punya masalah.
2. Mau berubah tapi tidak tahu caranya.
3. Tidak mau berubah walau tahu caranya.
4. Takut perubahan akan membawa dampak negatif.
5. Tidak mau merubah belief yang kurang tepat atau salah.

Bagaimana belief bisa terbentuk dari salah satu cara di bawah ini:
Sebelumnya anda perlu mengenal teori pikiran. Seperti anda tahu anda punya dua macam pikiran, yaitu pikiran sadar dan bawah sadar.

Pikiran sadar memiliki empat fungsi spesifik, yaitu:

  1. Mengidentifikasi informasi yang masuk (diterima lewat panca indra; penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan).
  2. Membandingkan (informasi yang masuk dibandingkan dengan database; referensi, pengalaman, dan segala informasi yang ada di pikiran bawah sadar).
  3. Menganalisis.
  4. Memutuskan.
Pikiran bawah sadar memiliki fungsi menyimpan hal-hal sebagai berikut:

  1. Kebiasaan baik, buruk maupun reflek.
  2. Emosi (bagaimana anda mengenai keadaan, hal-hal tertentu atau terhadap guru lain.)
  3. Memori jangka panjang.
  4. Kepribadian
  5. Intuisi (perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif)
  6. Kreatifitas
  7. Persepsi (melihat dunia berdasarkan sudut pandang anda).
  8. Belief.
Ada lima filter cara untuk masuk ke pikiran bawah sadar sehingga terbentuklah pola pikir, yaitu:

1. Repetisi.

Suatu informasi yang diulang-ulang cepat atau lambat bila anda tidak hati-hati dan sadar akan anda temui sebagai kebenaran. Repetisi dapat menembus filter mental yang ada di pikiran sadar yang berikutnya masuk pada pikiran bawah sadar. Dalam berbagai seminar anda diajarkan untuk mengucapkan afirmasi yang dibaca berulang-ulang pagi, siang dan malam dengan harapan afirmasi masuk ke dalam pikiran bawah sadar.
Contoh afirmasi: “Saya adalah guru beruntung dan akan bertemu dengan guru yang membawa keberuntungan, dan apapun yang terjadi hari ini adalah tanda-tanda keberuntunganku.”

2. Identifikasi Kelompok atau Keluarga.

Hal-hal yang dipercayai keluarga atau kelompok anda lambat laun akan masul kedalam diri anda dan berikutnya anda adopsi sebagai belief anda. Contoh sederhana tentang mitos hantu, hari baik, hari sial, nomor sial dan sebagainya.

3. Ide yang Disampaikan Figur yang Dipandang Memiliki Otoritas.

Hati-hati terhadap figur otoritas, seperti bintang film, dokter, pembicara public atau siapa saja yang dipandang pakar. Apa yang disampaikan mereka cenderung masuk ke pikiran bawah sadar dan diterima sebagai kebenaran. Anda cenderung mudah dipengaruhi guru yang memiliki otoritas lebih tinggi dari anda. Hati-hati dengan pengaruh negatifnya.

4. Emosi yang Intens.

Sebuah pengalaman yang dialami dengan emosi yang intens akan sangat mudah menjadi belief yang kuat.
Contoh: seseorang yang senantiasa melihat ayah dan ibunya sering ribut dan bertengkar soal uang, akan percaya uang sebagai sumber keributan keluarga, maka anak tersebut tumbuh dengan belief yang menghambat dirinya dibidang financial.

5. Kondisi Alfa (Hipnosis)

Kondisi ketika seseorang dalam gelombang otak alfa. Apa yang masuk dalam otak bawah sadar melalui sugesti akan diterima sepenuhnya sebagai suatu kebenaran, dan anak usia balita masih berada dalam gelombang alfa tersebut. Hati-hati.

===================================================

Tulisan ini adalah oleh-oleh dari Bapak Syahrul Komara, Direktur ABCO (Attitude Behaviour and Competence) Training Center Sumut pada Seminar Nasional dengan tema “Guru Jitu Selalu Dirindu; Perpaduan Otak Kiri dan Otak Kanan” di Aula Martabe Kantor Gubernur Sumut tanggal 11 Juli 2010 yang lalu. Semoga bermanfaat…!
Selengkapnya...

19 Juli 2010

Smart Teaching - For Great Teacher (Part Three)


Smart Teaching – For Great Teacher (Part Three)
Oleh: Syahrul Komara
(Direktur Eksekutif ABCO TRAINING CENTER Sumut)

Kekuatan Pikiran dan Kedahsyatan Kata-kata


Jika anda percaya, pikiran anda mencari jalan untuk melaksanakannya. Sikap menentukan tindakan. Anda bukanlah sebagaimana yang anda kira. Apa yang anda pikir, itulah anda.

Seorang merasa sedih dan kesal karena melihat bunga mawar itu dikelilingi oleh semak berduri. Seseorang yang lain merasa senang dan bersyukur karena diantara semak-semak berduri itu terdapat sekuntum bunga mawar.

Bila anda berpikir bahwa anda telah ditaklukan, maka sebenarnya anda telah kalah. Bila anda berpikir bahwa anda tidak mampu, maka anda memang lemah. Bila anda ingin menang, tapi anda berpikir bahwa anda tidak bisa menang, maka pastilah anda tidak bakal menang. Bila anda berpikir bahwa anda akan menderita rugi, maka anda benar-benar rugi. Karena dimana pun seluruh jagad ini, sukses itu hanya berpangkal dari kemampuan seseorang mewujudkan jalan pikirannya. Bila anda berpikir bahwa kedudukan anda akan tersisih dalam masyarakat, maka anda akan mengalami perlakuan yang demikian. Karena itu anda harus yakin benar akan diri anda sendiri.

Berhati-hatilah dengan apa yang anda pikirkan, karena ia bisa menjelma menjadi kata-kata. Pilihlah kata-kata dengan bijak karena kata-kata anda akan melahirkan tindakan. Waspadalah dengan tindakan anda karena ia akan menjadi kebiasaan. Mawaslah dengan kebiasaan anda karena kebiasaan bisa membentuk kepribadian, dan kepribadianlah yang akan menghantarkan anda kepada keberuntungan atau kebuntungan (kerugian). Ketika anda berpikir sukses, maka pikiran anda akan bekerja untuk anda dan membantu anda untuk mencari cara dan jalan bagaimana caranya agar anda sukses dan terdoronglah anda untuk melaksanakannya. Sebaliknya ketika anda percaya bahwa sesuatu itu tidak mungkin, maka pikiran anda akan mencari pembuktian yang membenarkan kenapa sesuatu itu layak untuk dikatakan tidak mungkin.

Pecaya dengan penuh keyakinan akan membuahkan kekuatan kreatif dan akan senantiasa mencari dan menemukan cara bagaimana untuk bisa. Percaya dan yakin akan berbuah pikiran membangun (konstruktif) dan keragu-raguan akan menjadi penghambat kreatifitas dan anda pun akan mulai berpikir destruktif (pesimis) yang berbuah pada karakter mudah menyerah, daya juang rendah, menunda, malas dan banyak alasan.

Anda bisa mencoba kedahsyatan kata-kata dalam mempengaruhi pikiran kepada teman anda. Bekerjasamalah dengan dua teman anda. Tanpa sepengetahuan anda bertiga, katakanlah kepada seorang teman anda sebagai target uji coba, anggap saja namanya Bayu. Katakan pada Bayu, “Yu kok kamu hari ini tampak pucat, kamu sakit ya…?”, biarkan dia bereaksi apa adanya, tunggu 10 menit kemudian tugaskan teman anda yang pertama untuk mengucapkan kalimat yang sama sebagaimana yang anda katakana pada Bayu. Beberapa saat kemudian aturlah teman anda yang kedua mengucapkan kalimat yang sama. Lihatlah kejadian berikutnya, bisa jadi teman anda benar-benar merasakan sakit dan minta ijin dari aktivitasnya saat itu. Begitupun sebaliknya kalau anda mengatakan hal positif pada teman anda, misalnya “Bayu serasi banget bajumu hari ini, kamu tampak keren deh…”, Coba libatkan teman anda sebagaimana skenario di atas, maka bisa dipastikan Bayu akan lebih percaya diri dan senang dibandingkan kalau anda bilang, “Bayu sepertinya bajumu tidak nyambung deh, tidak serasi amat…”. Mau coba..?

Begitulah pengaruh kata-kata pada kita. Karenanya pandai-pandailah memilih kata-kata positif yang akan memompa diri anda, teman anda dan orang-orang yang anda temui, sehingga suatu saat nanti anda akan dikenang sebagai pendongkrak motivasi dan bukan sebagai penghancur motivasi. Sekali lagi hapuslah kata-kata negative dalam kamus kehidupan anda, dan mulailah dari saat ini ucapkanlah kata-kata terbaik untuk diri anda, dan orang lain yang anda temui.
Bagaimana agar pikiran anda mampu menemukan gagasan-gagasan kreatif dalam meraih keberhasilan yang anda idamkan?

Pertama kali yang harus anda lakukan adalah serap dan tangkaplah gagasan dan ide-ide kreatif yang berhamburan dalam pikiran anda ataupun di sekitar anda, jangan biarkan gagasan itu lepas begitu saja. Belajarlah untuk menyerap hal-hal positif disekitar anda, temui orang-orang berkarakter positif yang anda kenal atau bahkan yang hanya anda lihat di TV atau majalah anda. Saya yakinkan anda lambat laun tapi pasti cara berpikir anda akan membuahkan gagasan-gagasan positif dan melahirkan aksi positif. Karena itu tulis dan tuangkanlah gagasan tersebut pada kertas. Berikutnya tinjaulah gagasan tersebut berdasarkan sudut pandang pikiran anda, singkirkan yang menurut anda tidak bernilai dan arsipkanlah yang bagi anda bernilai.

Kedua, pupuklah gagasan bernilai yang anda tulis dan hapuskan kata “tidak mungkin” dalam hidup anda, baik dalam pikiran ataupun dalam kosa kata anda. Katakana dengan tegas “mungkin” dan yakinlah di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Mustahil adalah kata mutiara bagi orang-orang yang tidak mau mencoba.

Ketiga, tentukanlah apa yang anda inginkan. Ubahlah gagasan yang merupakan buah cara berpikir anda dalam tindakan nyata. Libatkanlah saudara, teman, kerabat atau orang-orang yang menurut anda layak untuk menjadi bagian dari keinginan (mimpi) anda. Bersiaplah menanggung konsekwensi nyaman ataupun tidak menyenangkan dari pilihan tindakan anda. Resiko senantiasa ada. Akan lebih baik gagal karena melakukan dibandingkan tidak pernah salah apalagi gagal karena memang tidak pernah melakukan apapun.

Keempat, evaluasi apa yang telah anda lakukan, ambil yang bermakna, buang yang tak berguna, susunlah puzzle kesuksesan anda dari hal-hal yang positif yang telah anda kumpulkan, lakukan secara sabar dan berkesinambungan.

Kelima, hapus kata berhenti dan menyerah dalam kamus kehidupan anda, maka tunggulah manusia baru yang diperhitungkan oleh kawan maupun lawan akan terlahir, dan itu adalah anda.

Fakta membuktikan, apapun yang anda rasakan saat ini bermula dari kata-kata yang pernah anda pikirkan, kemudian anda ucapkan, lalu anda kerjakan dengan tindakan nyata, dan jadilah anda sekarang sebagaimana yang anda rasakan saat ini.

=======================================================

Tulisan ini adalah oleh-oleh dari Bapak Syahrul Komara, Direktur ABCO (Attitude Behaviour and Competence) Training Center Sumut pada Seminar Nasional dengan tema “Guru Jitu Selalu Dirindu; Perpaduan Otak Kiri dan Otak Kanan” di Aula Martabe Kantor Gubernur Sumut tanggal 11 Juli 2010 yang lalu. Makalah ini terdiri dari 11 halaman, supaya tidak ribet bacanya, saya penggal sampai disini. Tunggu Bagian keempatnya ya…! Semoga bermanfaat…!
Selengkapnya...

15 Juli 2010

Smart Teaching – For Great Teacher (Part Two)


Smart Teaching – For Great Teacher (Part Two)
Oleh: Syahrul Komara
(Direktur Eksekutif ABCO TRAINING CENTER Sumut)


Tips Menjadi Guru Sadar

8 langkah cerdas menjadi guru sadar yang berpengaruh.

  1. Tangkap basah kebaikan anak didik anda. Tempa besi selagi panas. Berdasarkan pengamatan, hari ini lebih banyak guru yang lebih suka menangkap basah kekurangan dan kelemahan anak, sehingga anak menjadi semain jauh, kurang nyaman dan akhirnya merasa tidak dihargai. Tangkap basah kebaikan sebenarnya mudah, katakana saja hal baik yang dia lakukan, ungkapkan rasa senang anda dan tutuplah dengan ucapan terimakasih.
  2. Mulai dengan kata positip, sikap positip dan berita bahagia menyenangkan.
  3. Hapuskan kata mengeluh, menunda, malas, menyalahkan dan banyak alasan dalam diri anda baik dihadapan anak didik maupun ketika sendirian.
  4. Hindari perbandingan yang tidak adil.
  5. Dengarkan ceritanya, pahami maksudnya, berikan kesan anak didik anda adalah orang yang penting.
  6. Buktikan apa yang telah anda katakan adalah bagian dari apa yang anda lakukan. Minimal sedang dalam proses.
  7. Kalaupun anda harus marah, maka marahlah yang membangun dan berdampak positif.
  8. Hargai hasil karyanya, akui dan rayakanlah.
Hal di atas adalah dasar bagaimana kita mampu mempengaruhi diri kita dan mampu mempengaruhi orang lain, khususnya anak didik kita.

Ada 3 pilihan dasar dalam mempengaruhi hidup.

1. Sebagai Pemain.
2. Sebagai Penonton.
3. Tidak Main dan Tidak Menonton.

Anda berhak memilihnya, dan sejarah hanya dimiliki oleh pemain.

Setiap anda adalah guru sukses. Anda suskes mencapai keberhasilan atau sukses mencapai kegagalan, itu yang membedakannya. Sukses dan gagal terkadang hanya dibedakan oleh sebuah garis tipis. Sejarah menunjukkan bahwa para bintang selalu menghadapi tantangan yang sangat keras sebelum akhirnya mereka berhasil keluar sebagai pemenang. Mereka menang karena menolak menyerah oleh kekalahan yang pernah mereka alami.

Setiap pecundang pasti memiliki alasan untuk berhenti berjuang dengan rumus 4MB (Mengeluh, Menunda, Malas, Menyalahkan dan Banyak Alasan) setiap kali mendapat ujian. Sebaliknya para bintang memiliki alasan kuat mengapa mereka harus tetap tegar ketika menghadapi tantangan. Rahasia sang juara adalah kemampuan mereka menolak menyerah pada kekalahan yang mengancam mereka. Mereka selalu bangkit setiap kali jatuh dan mencoba kembali dengan cara yang berbeda. Sang pemenang selalu tahu bahwa bintang hanya muncul di tengah gelap malam, layang-layang akan terbang ketika menghadap angin, pohon besar karena pupuk yang bau, dan kemenangan hanya ada ketika kesabaran dan keteguhan lebih besar dibandingkan ujian dan masalah yang dihadapi. Semakin gelap sang malam semakin terang cahaya bintang begitupun semakin keras ujian yang dihadapi semakin besar tingkat kelas yang akan dinaiki. Selamat datang ujian dan semakin dekat kemenangan.

  • Guru sukses senantiasa berusaha menjadi bukti,sedangkan guru gagal senantiasa menunggu bukti.
  • Guru sukses senantiasa optimis dengan melihat peluang dalam masalah, sedangkan guru gagal senantiasa melihat masalah dalam setiap peluang.
  • Guru sukses senantiasa berkata sulit tapi bias, sedangkan guru gagal senantiasa berkata bias tapi sulit.
  • Guru sukses berkeyakinan lebih baik mencoba lalu gagal dari pada tidak pernah gagal karena tidak pernah mencoba.
  • Guru sukses tahu apa yang dia tahu dan tahu apa yang tidak tahu sehingga dapat belajar untuk menjadi tahu. Sedangkan guru gagal tidak tahu apa yang dia tahu sehingga selalu lupa bahwa dia sebenarnya pernah tahu dan tidak tahu apa yang dia tidak ketahui, sehingga tidak mampu memperbaiki diri karena merasa tahu apa yang sebenarnya dia tidak ketahui.
  • Guru sukses senantiasa bangun kembali ketika gagal dan mencoba kembali dengan cara yang lebih cerdas, sedangkan guru gagal senantiasa menyerah setiap kali jatuh dan mencari pihak lain sebagai kambing hitam kegagalannya tanpa melakukan evaluasi diri.
Karakter pemenang dan pecundang ternyata dibentuk oleh pola pikir (Mindset), semua diawali dari bagaimana anda berpikir yang kemudian bagaimana anda berkata lalu bagaimana anda berprilaku.

=============================================================
Tulisan ini adalah oleh-oleh dari Bapak Syahrul Komara, Direktur ABCO (Attitude Behaviour and Competence) Training Center Sumut pada Seminar Nasional dengan tema “Guru Jitu Selalu Dirindu; Perpaduan Otak Kiri dan Otak Kanan” di Aula Martabe Kantor Gubernur Sumut tanggal 11 Juli 2010 yang lalu. Makalah ini terdiri dari 11 halaman, supaya tidak ribet bacanya, saya penggal lagi sampai disini. Masih ada bagian ketiganya ya…! Semoga bermanfaat…!

Selengkapnya...

13 Juli 2010

Smart Teaching - For Great Teacher (Part One)



Smart Teaching – For Great Teacher (Part One)
Oleh: Syahrul Komara
(Direktur Eksekutif ABCO TRAINING CENTER Sumut)

Tujuan inti dari pendidikan bukanlah sekedar memberi ilmu,
tetapi melatih agar berani melakukan sesuatu.
(Herbert Spencer)


Inti pembelajaran adalah berani belajar berani melakukan, kalau tujuan belajar hanya untuk sebuah gelar, maka belajar akan selesai setelah wisuda dilakukan. Kalau belajar hanya sekedar mendapatkan pekerjaan, maka belajar akan selesai ketika anda sudah memperoleh pekerjaan. Tujuan sebuah pendidikan yang sebenarnya adalah melatih keberanian anda untuk berani memutuskan apa yang ingin anda kerjakan, mengerjakan apa yang anda cita-citakan, dan berani mengambil resiko terberat dari apa yang anda pilih dan kerjakan. Selama anda masih mengikuti pendidikan yang tidak mengarahkan anda untuk berani melakukan sesuatu maka pendidikan itu hanya akan mengantarkan anda ketempat dimana guru-guru berlomba-lomba mengarahkan dan mendikte anda untuk melakukan keinginan-keinginan mereka tanpa peduli apakah anda menikmatinya atau tersiksa. Mereka hanya tahu bahwa anda layak menjadi bagian dari impian mereka tanpa harus bertanya apakah apa yang Anda kerjakan adalah bagian dari impian anda. Ketika anda berani melakukan apa yang anda impikan berarti pendidikan Anda selama ini tidaklah sia-sia. Namun ketika pendidikan yang Anda tekuni hanya mengantarkan Anda pada rasa takut, was-was atau bahkan minder melakukan sesuatu, maka segeralah cari pendidikan lain yang membuat Anda tahu makna hidup adalah berani melakukan sesuatu yang membuat Anda dikenang ketika Anda sudah dikuburkan. Sekali lagi tujuan inti dari pendidikan bukanlah sekedar memberi ilmu, melainkan melatih Anda agar berani melakukan sesuatu.

Perlu digagas sebuah kurikulum pendidikan Indonesia yang memompa hasrat ingin tahu dan ketakjuban siswa/mahasiswa adalah bagian dari proses pembelajaran, guru/dosen memberikan peluang keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru yang mungkin berbeda dengan kunci jawaban dari pengalaman sang dosen. Kemudian yang lebih penting adalah adanya kesadaran bahwa proses pencarian jawaban adalah lebih penting daripada jawaban itu sendiri.
Realitas kehidupan adalah sebuah akumulasi kesadaran bergerak berdasarkan alur peta sukses yang Anda rencanakan. Sebagai seorang guru terdapat tiga pilihan rencana dalam hidup ini. Pilihan pertama adalah hidup sebagai guru nyasar, pilihan kedua adalah guru bayar, dan pilihan ketiga adalah guru sadar.

Hidup guru nyasar mendeskripsikan kehidupan yang Anda jalani bukanlah bagian dari apa yang sebenarnya Anda inginkan dan rencanakan. Anda hanya menjalankan keinginan, harapan, cita-cita dan impian guru atau pihak lain. Dalam kehidupan sehari-hari Anda hanya menjadi pelengkap penderita bagi guru lain. Anda merasa terperangkap dan terpedaya dari lingkungan , tapi tidak berani keluar dari perangkap itu. Anda merasa bosan yang berkepanjanan sehingga kehilangan rasa riang dan nikmat dalam hidup ini. Antusiasme Anda merosot entah kemana dan akhirnya merasa terkucilkan dan merasa tidak berarti. Anda merasa hidup sepi meskipun berada ditengah-tengah keramaian guru banyak. Anda mengalami gejala psikologis lonely syndrome.

Ciri sederhana guru nyasar adalah apabila energy anda mulai tersedot habis setiap kali anda mendekati setiap pekerjaan atau aktivitas anda. Ciri lain adalah adanya perasaan terbebas dan lepas ketika sebuah pekerjaan atau aktivitas kerja telah usai dan ingin segera pulang secepat mungkin sehingga terbebas dari belenggu pekerjaan. Ingat, hal yang anda lakukan sebenarnya hanyalah menuju kebebasan sementara. Kalau anda saat ini merasakan dalam keadaan seperti itu, maka anda harus segera sadar bahwa anda sedang nyasar hidup. Makalah ini sangat bermanfaat untuk menuntun anda memiliki keberanian optimal menentukan arah kehidupan ke depan dengan sadar dan sabar.

Guru bayar, mendeskripsikan kehidupan anda yang hanya bersemangat melakukan setiap aktivitas pekerjaan jika dibalik aktivitas itu ada upah, duit atau bayarannya. Anda bekerja karena ada apa-apanya, bukan bekerja apa adanya. Seandainya tidak ada nominal uang yang bisa didapat, pilihan anda akan buru-buru kabur dan berpaling ke lain hati. Ada uang abang disayang, tidak ada uang abang dibuang.

Kategori manusia kedua ini sebenarnya sama dengan nyasar, bedanya dia masih terhargai tenaganya sebagai sosok manusia. Kategori ini disebut sebagai hidup nyasar plus. Artinya ketika dia sudah merasa tidak dihargai secara material financial oleh mitra kerja atau atasannya maka dia tidak jauh beda dengan hidup nyasar. Tidak lagi memiliki antusiasme dan harapan yang menyala. Karena uang baginya bagaikan minyak pada lampunya, tidak ada minyak tidak ada terang. Hidup bayar dapat dianalogikan makna pulsa bagi sebuah handphone. Walaupun anda memiliki HP sekualitas Blackberry seri Onyx (9700), namun HP tersebut tidak akan pernah bisa menelpon kalau tidak ada pulsanya. Begitulah gambaran hidup nyasar.

Guru sadar, mendeskripsikan bahwa anda benar-benar tahu dan sadar bahwa anda sedang mengerjakan pilihan dan harapan hidup serta passion anda sendiri. Hidup sadar, bermakna anda menjadi tuan bagi diri anda sendiri. Dalam Wikipedia, passion didefinisikan sebagai : feeling very strongly about a subject or person, usually referring to feelings of intense desire and attraction (rasa yang sangat kuat tentang sesuatu atau seseorang, biasanya berkenaan dengan perasaan dari keinginan dan daya tarik yang kuat/hebat). Merasakan bahwa anda mengerjakan tugas sesuai dengan bakat bahkan dari hobbi anda. Anda menyadari sepenuhnya bahwa anda mengerjakan perjalanan besar menuju titik finish yang anda gambarkan dalam blue print kesuksesan anda.

Kesuksesan tidak semata-mata diukur dengan berapa banyak harta, materi, deposito, rumah mewah, mobil bagus, istri cantik, anak cerdas dan hebat, jabatan tinggi atau popularitas yang bisa anda peroleh. Salah satu indikator kesuksesan adalah berapa banyak manusia di dunia yang menangisi kepulangan anda keharibaan-Nya kelak. Kesuksesan dapat pula diukur dengan berapa banyak guru yang tetap merasakan kehadiran anda serta terinspirasi perjalanan hidupnya ketika anda mengakhiri hidup ini. Kesuksesan adalah seberapa besar saham kita dalam mentransformasikan keberhasilan guru menuju kehidupan yang lebih baik.

======================================================================

Tulisan ini adalah oleh-oleh dari Bapak Syahrul Komara, Direktur ABCO (Attitude Behaviour and Competence) Training Center Sumut pada Seminar Nasional dengan tema “Guru Jitu Selalu Dirindu; Perpaduan Otak Kiri dan Otak Kanan” di Aula Martabe Kantor Gubernur Sumut tanggal 11 Juli 2010 yang lalu. Makalah ini terdiri dari 11 halaman, supaya tidak ribet bacanya, saya penggal sampai disini. Tunggu bagian keduanya ya…! Semoga bermanfaat…!
Selengkapnya...

4 Juli 2010

Dwilogi Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata (Part Two)



Cinta di Dalam Gelas

“Perempuan itu tidak ada habis-habisnya untuk ditulis”. Demikian kata Andrea Hirata pada sebuah acara talk show di TV-ONE bulan lalu. Cinta di Dalam Gelas buku kedua Dwilogi Padang Bulan ‘pyur’ menceritakan derasnya arus perjalanan hidup perempuan-perempuan tangguh, diantaranya adalah Enong, sebagai tokoh sentral dalam novel ini. Merupakan kelanjutan kisah Enong di Padang Bulan. Enong yang tidak tamat SD tetapi memiliki semangat belajar luar biasa, sekalipun badai kehidupan terus menerus menerpa. Ia adalah Guru Kesedihan bagi Ikal.

“Habis air mataku, lunas sudah kesedihan itu. Hidup harus berlanjut. Tantangan ada di muka. Masih banyak yang dapat disyukuri.”

“Berikan aku pelajaran yang paling sulit sekalipun, Boi. Aku akan belajar.”

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 102)

Bagi anda yang telah membaca buku terakhir Tetralogi Laskar Pelangi, yaitu Maryamah Karpov, anda akan menemukan jawaban siapa sebenarnya Maryamah Karpov dalam buku ini. Enong sang pemilik nama lengkap Maryamah binti Zamzami, ya dialah sang Maryamah Karpov tersebut. Bagaimana pula hingga bisa mendapat julukan Karpov ? Apakah masih ada hubungan kekerabatan dengan Anatoly Karpov, grand master catur dunia itu ? Lalu apa hubungannya dengan falsafah Cinta di Dalam Gelas? Semua dituntaskan Andrea Hirata dalam buku ini, tentu saja dengan bahasa analogi dan humornya yang sungguh ‘berkelas’.


Sebagai seorang ‘Cultural Novelist’, Andrea Hirata memulai novel ini dengan tetap mengulas dan menganalisa tekstur masyarakat dan budaya melayu. Sebagai pengamat dan peneliti budaya melayu, Andrea menguraikan betapa orang melayu tidak dapat terlepas dari kebiasaan minum kopi. Bahkan bagi keluarga Zamzami, ayah Enong, minum kopi bukan hanya sebuah kebiasaan biasa, melainkan merupakan media untuk menunjukkan rasa cinta kasih antara ayah dan ibunya.

“Jika kuseduh kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku.”

Meski tak terkatakan, anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas-membalas. Dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas.

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 11)

Kebiasaan unik masyarakat melayu dalam hal minum kopi membuat mereka tidak terlepas dari dua hal. Yaitu warung kopi dan catur. Disinilah Andrea Hirata menunjukkan ‘kelas’-nya sebagai seorang pembelajar yang mumpuni. Warung kopi yang mungkin bagi sebagian orang dianggap bukanlah tempat yang eksklusif, namun justru menjadi laboratorium psikologi dan sosiologi bagi Ikal. Seorang lelaki muda yang telah menamatkan studi Master of Science di Universite de Paris, Sorbone, Prancis, yang masih menganggur lalu harus magang di warung kopi pamannya karena termotivasi kata-kata ibunya:

“Lelaki muda, sehat wal’afiat, terang pikiran, dan punya ijazah, tidak bekerja ? Sepatutnya disiram dengan kopi panas!”

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 4)

Bukan Ikal namanya jika tidak mengambil pembelajaran dalam setiap jengkal hidupnya. Begitu juga ketika ia magang di warung kopi pamannya. Seperti yang dikisahkan dalam buku ini pada halaman 37:

Semakin dalam aku berkubang di dalam warung kopi, semakin ajaib temuan-temuanku. Hal semacam ini tentu tak kutemukan jika aku bekerja di sebuah kantor di Jakarta seperti rencanaku dulu. Kopi bagi orang Melayu rupanya tak sekadar air gula berwarna hitam, tapi pelarian dan kegembiraan. Segelas kopi bak dua belas teguk kisah hidup. Bubuk hitam yang larut disiram air mendidih pelan-pelan menguapkan rahasia nasib. Paling tidak 250 gelas kopi kuhidangkan saban hari untuk para pelanggan tetap warung kami. Setelah sebulan, aku hafal takaran gula, kopi, dan susu untuk setiap orang, dan aku tahu semua kisah.

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 37)

Dari hasil research-nya di warung kopi, Ikal mengidentifikasi karakter manusia dalam sosok sebagai player (Orang yang tahan banting dalam menghadapi cobaan hidup, jatuh, bangun, jatuh dan bangun lagi) yaitu orang yang suka dengan kopi pahit. Sosok safety player (Pegawai kantoran yang bekerja rutin dan berirama hidup itu-itu saja. Mereka tak lain pria ‘do-re—mi’, dan mereka telah kawin dengan seseorang yang bernama ‘bosan’. Anti perubahan, melingkupi diri dengan selimut dan tidur nyenyak di dalam zona yang nyaman) yaitu orang yang menyukai takaran gula, kopi, dan susu secara proporsional. Sosok semi-player (Orang-orang yang ahli dibidangnya. Mereka bertangan dingin dan penuh perhitungan. Mereka bukan tipe pegang-lepaskan-pegang-lepaskan. Mereka adalah tipe pegang-cengkeram-telan. Namun kadangkalan mereka adalah pecinta yang romantis) yaitu orang yang menyukai takaran kopi hingga 4 sendok ditambah gula setengah sendok saja, ini termasuk kental. Ada juga sosok ex-player. Seperti apa karakter sosok ini ? Silahkan baca bukunya. He he he…!

Cinta di Dalam Gelas sarat dengan falsah hidup dengan pengantar yang sederhana. Pengantar yang dalam kehidupan sehari-hari mungkin luput dari kebermaknaan kita. Misalnya saja tentang kopi di dalam gelas dan catur. Enong atau Maryamah yang kenyang dengan perjuangan hidup yang keras sejak kecil, dan ia juga sebagai wanita pendulang timah pertama di Belitong. Ia menjadi pendulang sejak umur 14 tahun (baca Padang Bulan). Kisah cintanya tidaklah berjalan semulus adik-adiknya. Demi memperjuangkan hidup adik-adiknya Maryamah menunda berumah tangga. Satu-persatu adiknya menikah. Ia ikhlas dilangkahi adik-adiknya. Hingga suatu hari demi meredam kegundahan ibunya, Maryamah menerima lamaran Matarom. Tapi sayang Matarom bukanlah lelaki yang bertanggung jawab. Akhirnya Maryamah memilih pisah dari Matarom. Namun disisi lain ia ingin ‘menaklukkan’ Matarom. Hingga muncul pemikiran ‘gila’, Maryamah ‘menantang’ Matarom tanding catur pada perayaan 17 Agustus. Selain itu dengan ikut lomba catur, berarti Maryamah bersiap-siap mendobrak budaya di kampung melayu Belitong yang tidak mengizinkan perempuan ikut bertanding catur. Karena dalam pertandingan catur sesama pemain akan beradu pandang dalam waktu yang tidak sebentar, dan jika lelaki dan perempuan melakukan ini, berarti melanggar syariat. Selain itu semua orang juga tahu bahwa Matarom adalah pemenang catur setiap lomba 17-an. Maryamah yang tidak pernah kenal permainan catur berusaha keras mempelajari permainan ini. Dengan bantuan Ninochka Stronovsky seorang grandmaster internasional perempuan, teman Ikal ketika kuliah di Prancis dulu, mulailah Maryamah berlatih catur. Juga dibantu Selamot, perempuan yang selalu dikalahkan nasib, yang kemudian didaulat sebagai manager Maryamah. Sungguh tidak ada kamus ‘menyerah’ dalam belajar bagi Maryamah.

Pertemuan dengan Maryamah hari ini meletupkan semangatku. Aku telah melihatnya belajar bahasa Inggris dengan susah payah, tanpa merasa ragu akan usia dan segala keterbatasan, dan dia berhasil. Sekarang, ia siap berjibaku menguasai catur, dengan tekad mengalahkan seorang kampiun seperti Matarom. Ia tak dapat disurutkan oleh bimbang, tak dapat dinisbikan oleh gamang. Darinya, aku mengambil filosofi bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan; bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut.

(Cinta di Dalam Gelas, hlm. 103)

Wawasan penulis yang luas tentang catur ditambah dengan keintelektualannya dalam menyikapi hidup mengantar buku ini dalam deskripsi-deskripsi yang menarik. Falsah hidup yang menggigit. Seperti kutipan berikut ini:

Lalu, aku terpana mendapati dunia yang baru kukenal: catur. Telah kulihat bagaimana para pecatur menjadi jenderal, menjadi ahli strategi, raja-diraja, budak, atau terpaksa mengambil keputusan tanpa pilihan. Tak ada permainan lain seperti catur yang kemenangan dan kekalahannya dapat ditawar. Tak ada permainan lain yang dengan secangkir kopi tampak seperti bertunangan. Spirit catur melanda kaum ningrat hingga jelata, hitam dan putih sama saja. Catur kadangkala mirip persamaan matematika. Ada semacam konstanta a, yakni nilai pertandingan. Konstanta itu agaknya adalah pengetahuan tentang kemampuan lawan. Catur tak sekadar permainan raja palsu dan tentara-tentara yang terbuat dari kayu, namun mengandung perlambang kekuasaan dan alat untuk menghina.

(Cinta di Dalam Gelas, hlm. 248)

Kadang kala kulihat buah catur sebagai orang yang tersandera, politisi, seniman, komedian, dan spekulan. Di atas papan persegi empat itu telah kusaksikan orang mempertaruhkan martabat dan membakar kesumat. Bagi orang-orang tertentu, Maryamah dan Selamot misalnya, yang selama hidupnya selalu kalah, papan catur bak pusat putaran nasib. Di papan catur Selamot berjumpa lagi dengan Tarub dan Maryamah bertemu lagi dengan Maksum, Go Kim Pho, Overste Djemalam, dan Matarom, orang-orang yang dengan kebaikan dan keburukannya telah membentuk ia seperti adanya. Di papan catur itu Selamot dan Maryamah mendapati kerinduan menemukan penawarnya, utang budi menemukan terimakasihnya, ketidakadilan menemukan timbangannya, dan kedua perempuan yang selalu kalah itu menemukan kemenangan demi kemenangan.

(Cinta di Dalam Gelas, hlm. 249)

Akhirnya Maryamah dapat mewujudkan impiannya. Namun dalam upaya mewujudkan impian itu, ia tidak bergerak sendiri. Solidaritas yang tinggi, itulah proses keberhasilannya. Dibalik kemenangan Maryamah ada seorang grand master internasional perempuan sebagai arsitek caturnya,yaitu Ninochka Stronovsky. Dibantu dengan teknologi informasi-internet, sosiologi, referensi Buku Besar Peminum Kopi, yang semua ini dikelola Ikal, Ilmu Statistik Lintang, kerja keras seorang spionase Detektif M. Nur bersama Jose Rizal, Preman Cebol dengan burung merpatinya yang cerdik, serta lelaki norak yang mampu bersepeda 70 kilometer per jam alias Kapten Chip. Ternyata serumit apapun sebuah tujuan jika diselesaikan bersama-sama dapat terwujud juga.

Dalam upaya Maryamah menaklukan Matarom, ada satu pelajaran moral yang sangat berkesan dalam buku ini. Saya kutip pada halaman 250:

Melalui Maryamah, aku belajar menaruh hormat pada orang yang menegakkan martabatnya dengan cara membuktikan dirinya sendiri, bukan dengan membangun pikiran negatif tentang orang lain. Lalu aku berpikir, seumpama catur, hidup sedikit banyak seperti reaksi atas pilihan sulit yang silih berganti mem-fait accompli manusia, dan rupanya alasan selalu lebih mudah dilupakan ketimbang akibat.

Dwilogi Padang Bulan – Cinta di Dalam Gelas tidak hanya membuat kita hanyut dalam untaian Mozaik yang satu ke Mozaik berikutnya, namun novel ini menghanyutkan pola pikir kita untuk lebih cerdas dalam menyikapi hidup.

Lantas bagaimana Maryamah bisa mendapat gelar Karpov, sehingga ia dijuluki Maryamah Karpov? Hmm…untuk yang satu ini, baca saja bukunya ya….! Ha ha ha..!!
Selengkapnya...

2 Juli 2010

Dibalik Kebijaksanaan UN 2010



Hasrat hati ingin mengulas Dwilogi Padang Bulan untuk buku kedua, yaitu Cinta di Dalam Gelas. Tetapi baru saja mendapat info by email yang sangat bermanfaat untuk dunia pendidikan. Ya pending dululah. Artikel ini sudah mendapat izin dari sumbernya untuk dishare. Sungguh ada rasa miris bercampur ‘geram’ membacanya. Tetapi inilah Indonesia-ku…!

===================================================================

UN Mau Dibawa Ke Mana?
Heru Widiatmo, Ph.D.
(Peneliti di American College Testing, USA)


Setiap tahun selalu ada berita kejutan dengan Ujian Nasional (UN). Tahun ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tertanggal 13 Oktober 2009 pelaksanaan UN untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah umum (SMA dan SMK) akan dilaksanakan pada bulan Maret 2010. Jadwal ini satu bulan lebih cepat ketimbang jadwal tahun-tahun sebelumnya. Alasan perubahan jadwal, karena UN akan diadakan dua kali yaitu UN utama dan ulangan. Ujian ulangan diberikan hanya bagi siswa yang tidak lulus pada ujian utama.

Kalau kita setuju dengan alasan ini dan menggunakan data tahun lalu sebagai acuan, maka sekitar 6%, 4%, dan 5% masing-masing siswa SMP, SMA, dan SMK akan mendapat keuntungan dengan adanya UN ulangan ini. Tetapi, melihat jadwal ujian utama dan ulangan hanya berselang 6 minggu dan dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya pengumuman kelulusan bisa lebih dari empat minggu setelah pelaksanaannya, kecil kemungkinan mereka dapat mempersiapkan diri lebih baik dan lulus pada UN ulangan jika UN dilaksanakan sesuai kaidah standar tes yang berkualitas. Jadi assumsi UN ulangan dapat memberikan manfaat bagi siswa masih tanda tanya besar.

Sedangkan mudarat perubahan jadwal dan kebijakan secara tiba-tiba ditengah-tengah tahun ajaran lebih banyak dan sudah pasti akan terjadi. Pertama, dengan memajukan jadwal UN memaksa sekolah mempercepat materi pembelajaran kelas III, agar sekolah dapat lebih cepat mempersiapkan siswanya menghadapi UN. Akibatnya, pembelajaran siswa kelas III menjadi tidak optimal. Kedua, pemerintah dan mereka yang terlibat akan menghabiskan tenaga, waktu, dan biaya lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya karena disibukkan pelaksanakan UN dua kali.

Ketiga, bagi mereka yang paham dengan ilmu testing tentu tidak sependapat dengan adanya ujian ulangan pada high stake exams yaitu tes skala besar yang menentukan kelulusan (seperti UN), karena akan menimbulkan ketidak adilan dan secara ilmiah tidak dapat diterima. Bagaimana, misanya, jika siswa ketika ikut UN ulangan mendapat nilai 9, apakah nilai ini akan dicantumkan di ijasah? Jika nilai ini digunakan, tentu tidak fair bagi siswa lain yang lulus pada UN utama tapi mendapat nilai lebih rendah dari 9. Sebaliknya, kalau nilai ini diabaikan tidak fair bagi siswa tersebut. Selain itu, penulis belum pernah memperoleh informasi adanya ujian ulangan pada high stake exams di negara lain. Model ujian ulangan seperti ini hanya mungkin diterapkan untuk classroom tests, tidak untuk tes seperti UN.

Ketidak pahaman bagaimana seharusnya UN diterapkan sesuai ilmu testing selama lima tahun terakhir ini tidak lepas dari peran BSNP yang mempunyai wewenang penuh dalam menentukan kebijakan, pelaksanakan, dan evaluasi UN. Latar belakang 14 dari 15 profesor anggota BSNP yang tidak dari bidang penilaian pendidikan menyebabkan kebijakan-kebijakan BSNP tentang UN setiap tahun selalu menuai kontroversi. Apalagi mereka bekerja di BSNP tidak fulltime, tetapi hanya satu atau dua hari dalam satu minggu, mengingat mereka juga bekerja sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi masing-masing.


Belajar dari Negara Lain

Kita perlu mengamati profesionalisme dan keseriusan negara lain menangani sistim ujiannya. Terlepas dari apakah mereka menerapkan sistim ujian akhir nasional (seperti Indonesia) atau tidak, yang pasti mereka memiliki suatu lembaga penilaian independen yang khusus melakukan penelitian, mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi sistim ujian yang tepat bagi negaranya. Lembaga ini beranggotakan dan memperkerjakan orang-orang yang memang pakar dibidangnya dan tentunya bekerja fulltime (bukan sambilan). Sebagai contoh Singapura dengan Singapore Examination and Assessment Board, Malaysia dengan Lembaga Peperiksaan Malaysia, di China ada National Education Examination Authority (NEEA), dan di United States of America (USA) ada dua lembaga testing yang terkenal di dunia testing yaitu Educational Testing Services (ETS) dan American College Testing (ACT).

UN di China dibawah kendali NEEA. Selain untuk menentukan kelulusan, nilai UN-nya digunakan untuk masuk ke perguruan tinggi. Badan ini memperkerjakan puluhan pegawai lulusan S3 dari bidang penilaian pendidikan, dan setiap tahun mengirim stafnya ke lembaga-lembaga testing lain yang lebih maju untuk memperdalam ilmu testing dan penerapannya. Sebagai contoh, bulan September dan Oktober kemarin sejumlah 7 orang pegawai NEEA magang di ACT selama sekitar satu bulan. Dan sebagai bukti bahwa NEEA bekerja professional, mereka diberi wewenang mengadministrasikan pelaksanaan semua international standardized tests milik negara lain; seperti tes-tes milik ETS dan ACT yaitu Test of English as a Foreign Language (TOEFL), dan Graduate Record Examinations (GRE).

Berbeda dengan Indonesia dan China, USA tidak mengenal UN. Kelulusan ditentukan oleh negara bagian (state) masing-masing. Banyak state memberlakukan kelulusan, tetapi ada juga yang tidak. Bagi state yang tidak menggunakan standar kelulusan, mereka tetap memberikan standardized tests pada tingkatan kelas-kelas tertentu hanya untuk mengukur perkembangan pendidikan siswa (tidak digunakan untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan). Untuk state yang memberlakukan kebijakan kelulusan, kelulusan ini (lebih tepatnya disebut sertifikasi) hanya berlaku di tingkat SMA tidak untuk SMP apalagi SD. Yang menarik, ujian sertifikasi ini boleh diambil setelah siswa menyelesaikan pendidikannya di kelas 9 (Kelas 3 SMP). Bagi yang tidak lulus tetap dapat terus belajar di kelasnya masing-masing, dan dapat mengulang tes ini satu semester kemudian. Karena di USA ada 3 semester dalam satu tahun ajaran, siswa mendapat 9 kali kesempatan menempuh tes ini untuk memperoleh sertifikat kelulusannya.

Walaupun tidak semua state mengenal ujian kelulusan, Department of Education atau DOE (Depdiknas-nya USA) mempunyai mekanisme memonitor perkembangan pendidikannya paling tidak melalaui informasi dari dua testing. Pertama, setiap tiga tahun DOE dibantu ETS dan ACT mengadministrasikan National Assessment of Educational Progress (NAEP). Tes ini merupakan survey-test yang dibuat untuk memonitor perkembangan kemampuan siswa USA dalam Reading, Matematics, dan Science. Kedua, setiap siswa SMA yang akan melanjutkan ke universitas di USA diharuskan mengambil ACT Assessment; yaitu tes yang mengukur kemampuan siswa dalam Reading, Matematics, science, dan English. Karena identitas siswa lengkap (mencantumkan asal sekolah) pada saat mengikut tes ditambah informasi dari NAEP, kualitas pendidikan di setiap sekolah, district (kecamatan, kabupaten/kotamadya ), dan state di USA dapat dipetakan dan dibandingkan.

Lembaga Penilaian Profesional

Kembali ke masalah UN di Indonesia, penulis tidak pro atau kontra dengan adanya UN. Masalahnya adalah dengan segala keterbatasan yang ada pada BSNP, penulis tidak yakin hasil UN dapat menjadi alat ukur (measurement tool) yang reliable (handal) dan valid (dapat dipercaya) untuk melihat perkembangan pendidikan di Indonesia. Sulit (atau mungkin juga mustahil) kita dapat memperbaiki dan meningkatan kualitas pendidikan negara kita melalui model dan penyelenggaraan UN seperti apa yang kita kerjakan selama ini. Waktu, tenaga, dan biaya ratusan milyar rupiah yang kita keluarkan setiap tahun, tidak sepadan dengan apa yang kita dapatkan. Sebagai informasi, UN tahun lalu menghabiskan dana sekitar 900 milyar rupiah.

Belajar dari negara lain, pemerintah melalui Depdiknas harus segera membentuk suatu lembaga penilaian pendidikan yang bekerja secara professional dan fulltime untuk meneliti, mendisain, merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi sistim ujian yang tepat bagi bangsa Indonesia. Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) BSNP perlu diperbaiki dan dibatasi. Tupoksi mereka hendaknya dibatasi hanya memikirkan masalah kebijakan yang berhubungan dengan mutu dan standarisasi pendidikan nasional, dan mereka tidak lagi terlibat dalam masalah-masalah teknis penilaian pendidikan (seperti menentukan jadwal, jumlah paket, jumlah soal, dan skoring UN). Harapan penulis, Indonesia masa depan memiliki lembaga penilaian khusus yang dikelola secara professional dan memperkerjakan para pakar penilaian pendidikan yang dapat memperbaiki sistim pengujian di Indonesia. Semoga ……………………..

Iowa City, 29/11/2009
Selengkapnya...