Laskar Pelangi buku fenomenal hasil karya Andrea Hirata kembali mengukir prestasi ketika diangkat ke layar lebar. Dalam Indonesian Movie Award 2009 yang ditayangkan RCTI pada hari Sabtu, tanggal 16 Mei 2009, film ini memborong beberapa penghargaan. Walaupun ketika film ini launching banyak pihak yang menilai tidak se-seru novelnya, tapi tak urung film ini memang layak menerima penghargaan. Ditengah hingar bingar kehidupan disekitar kita yang cenderung bergaya hedonisme, buku dan film Laskar Pelangi tetap mampu booming.
Beberapa penghargaan yang diraih film Laskar Pelangi dalam Indonesian Movie Award 2009 adalah Pendatang Baru Terbaik yaitu Zulfani, putra daerah Bangka Belitung yang berperan sebagai Ikal kecil. Orang tuanya yang hadir pada malam itu tidak dapat menyembunyikan kegembiraan dan bangganya akan prestasi putranya. Bisa saya bayangkan gimana hebohnya Mbak Mira Lesmana dan Mas Riri Riza mengarahkan putra-putri Belitung itu selama syuting.
Kemudian Pemeran Wanita Terbaik ditujukan kepada Cut Mini, yang bermain total sebagai Ibu Muslimah. Beliau yang sempat mengaku sempat nervous ketika syuting, karena terbeban dengan image Ibu Muslimah, guru sederhana yang memiliki aura luar biasa. Cut Mini sempat khawatir tidak mampu beracting seperti yang diharapkan. Apalagi harus meninggalkan keluarga selama 40 hari syuting di Belitung.
Selanjutnya Ikranegara yang berperan sebagai Pak Harpan, kepala sekolah yang berhati seluas samudra, dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik. Ikranegara yang dikenal selektif dalam memilih film, langsung menerima ketika ditawarkan peran ini.
Bahkan soundtrack Laskar Pelangi yang dibawakan Nidji, dinyatakan sebagai soundtrack film terbaik. Konon kabarnya lagu ini laris manis dijadikan NSP.
Finally Film Laskar Pelangi menjadi film terbaik di Indonesian Movie Award 2009.
Fenomena ini menunjukkan kepada kita bahwa apresiasi sastra dan film generasi muda kita khususnya dan bangsa Indonesia umumnya menuju progress yang lebih baik. Karena semua orang juga tahu bahwa Buku Laskar Pelangi dan filmnya diserbu oleh semua golongan umur. Masih saya ingat ketika saya nonton film ini di 21 Mall Binjai, 75% penontonnya usia balita dan ABG. Yang balita tentu saja bersama orang tua mereka. Bahkan para ABG itu masih mengenakan seragam sekolah (kebetulan waktu itu nonton yang jam 14.30 WIB).
Walaupun penghargaan ini berdasarkan pooling SMS, tetapi kriteria nominasi tetap ada di tangan para juri. Sungguh mengharukan sebuah film pendidikan mampu merebut hati penonton sedemikian antusiasnya. Juga sungguh tidak salah jika buku dan film Laskar Pelangi dijuluki fenomenal, karena mampu memberi spirit berjuta manusia di negeri ini. Seperti apa buku Laskar Pelangi berpengaruh terhadap pembacanya, silahkan anda baca: Di balik Buku Terlaris Dalam Sejarah Indonesia; Laskar Pelangi The Phenomenon yang ditulis oleh Asrori S. Karni.
Selengkapnya...