Dalam hidup ini mungkin kita pernah merasa ragu dengan kemampuan diri dalam meraih cita-cita. Mungkin juga kita pernah merasa jenuh dengan pekerjaan yang kita jalani sehari-hari. Atau bisa jadi kita pernah dihadapkan pada suatu posisi dimana kita terpaksa mengharapkan belas kasih dari orang lain. Merasa terhina ketika orang lain berlaku kasar pada kita. Semua perasaan tidak nyaman itu sebenarnya dapat menempa diri kita untuk menjadi pribadi yang mumpuni jika kita dapat menyikapinya dengan bijak. Sebagaimana yang tertuang dalam syair berikut ini kawan.
Hari ini aku bekerja di tempat orang
Besok lusa orang bekerja di tempat aku
Hari ini aku membanting tulang di tempat orang
Besok lusa orang membanting tulang di tempat aku
Hari ini bergelar kuli kasar
Besok lusa aku bergelar sebagai majikan
Hari ini aku memeras keringat menjemur diri
Besok lusa aku berada di ruang ber-AC
Hari ini aku mengharap belas kasih
Besok lusa aku memberi belas kasih
Hari ini aku diperintah
Besok lusa aku memerintah
Hari ini aku dibentak sebagai kuli
Besok lusa aku menyayangi pekerja
Hari ini aku dihina orang
Besok lusa aku memuliakan orang
Hari ini aku menjadi makmum ekonomi
Besok lusa aku menjadi imamnya
Hari ini aku menerima zakat
Besok lusa aku pembayar zakat terbesar.
Syair ini saya temukan dalam buku Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam karangan DR. Thohir Luth, M.A. Sayangnya syair ini anonym. Tapi full of spirit. Jika direnungkan, kita akan mendapat ‘energi’ tambahan untuk ‘mengejar’ matahari. Yap …tetap semangat…!!
Setelah baca kutipan syairnya jadi pengen baca bukunya. Ntar ku carilah tu buku. Tp kalo g' dpt, pinjemin ya. Ha..ha..ha.. Bukankah murah hati itu perlu teman! Hmm..
BalasHapusIya juga...knp qt hrus psimis jlni hdup,,smentr qt puny potensi..ne bakal ane jdkn spirit bwt menjd yg lbh baik,,jd pengen bc bukuny@#
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus