Apa yang ada dibenak anda jika anda melihat poto di atas ? Bagaimana pula perasaan anda jika pemandangan di atas anda saksikan setiap hari ? Atau hanya beberapa hari dalam seminggu ? Bagaimana pula perasaan anda jika pada suatu hari melihat mereka harus menangis menjerit-jerit ketika perlengkapan belajarnya diambil secara paksa karena ‘sesuatu’ hal, seperti yang ditayangkan beberapa stasiun televisi dalam segmen berita beberapa hari yang lalu ?
Mungkin anda juga menyaksikan beberapa hari yang lalu diberitakan di televisi swasta bahwa beberapa Sekolah Dasar di kota Malang perlengkapan belajar meja dan kursinya diambil secara paksa oleh para perajin mebel tersebut karena Pemkob Malang belum melunasinya. Hutang ini telah tertunggak selama 3 tahun. Bayangkan 3 tahun, kawan ! Bagi para perajin mereka tidak memiliki alternatif lain selain mengambil paksa meja dan kursi tersebut. Karena mereka sendiri telah dililit hutang akibat biaya produksinya.
Yang membuat saya terhenyak kawan, adalah jawaban dari pihak Pemkob Malang yang dengan ringan mengatakan bahwa kendala melunasi barang-barang tersebut adalah karena anggaran untuk melunasinya sudah melampaui tahun anggaran, jadi dana sudah dikembalikan ke kas Negara. Oh My God…!! Sesederhana itukah ? Lalu bagaimana nasib murid-murid cilik yang menangis menjerit-jerit karena gak rela meja dan kursi mereka diambil secara paksa ?
Kawan, jawaban dari Pemkob Malang itu sungguh membuat orang awam seperti saya yang tidak paham birokrasi pemerintahan sungguh kecewa. Saking kecewanya jadi muncul pemikiran gila dikepala…. Ah…andaikan Khalifah Umar bin Khattab bangkit dari kuburnya…. Mungkin Cuma beliau yang bisa mimpin negeri ini… He he he…. Boleh dong menghayal….!!
Siswa cilik yang menjerit-jerit itu telah jadi korban birokrasi amburadul orang dewasa di sekelilingnya. Sementara tanpa kita sadari sebenarnya kita ‘berhutang’ pada mereka. Jika sang Maha Pencipta hanya melihat kerusakan dan kezaliman yang telah dibuat orang dewasa dipermukaan bumi ini, mungkin DIA dah pengen aja menurunkan azab ke kita. Tetapi pernahkah kita memperhatikan dan menyadari bahwa disekeliling kita begitu banyak bocah-bocah yang dengan tulus ikhlas menyebut asma Allah dan mempelajari Al Qur’an semata-mata lillahi Ta’ala. Di hatinya tidak ada kebohongan dan kepura-puraan. Andaikan mereka berbohong, itupun hanya sebentar. Mana ada bocah yang sanggup memendam kebohongan dalam jangka waktu yang lama. Beda ama orang dewasa yang bisa memendam kebohongan sampai bertahun-tahun. (Sejarah aja terkadang dibohongi). Sebagaimana janji Allah, bahwa DIA tidak akan menurunkan azab selagi masih ada manusia yang ‘menyebut’ ayat-ayatNYA. So kita berhutang pada mereka bukan ?
Dari kejadian ini sebagai solusi mungkin kita bisa memulai dari diri sendiri, kawan. Untuk lebih peduli dengan dinamika dunia pendidikan disekeliling kita. Saya sendiri dalam hati berdoa, semoga pemandangan seperti itu tidak terjadi di kota tercinta Pangkalan Brandan.
Seorang teman lawas di masa SMA yang telah all around the world, minggu lalu SMS saya. Setelah menelusuri blog ini beliau kasi koment by SMS. (Heran deh kenapa juga gak doyan kasi koment di blog ini. Takut ketauan gantengnya ya ? Hiii…apa hubungannya ya ? ha ha ha..). Beliau mengajak saya untuk ‘membuat sesuatu’ di kota Pangkalan Brandan. Tapi maaf ya teman, belum saya respon. Karena saat ini ada beberapa posko umat yang menjadi tanggungan amanah di kepala saya. Jadi request supaya saya yang koordinir, ntar dulu ya. Atut gak bisa jaga amanah. Karena amanah yang telah ada aja terkadang cukup menyita waktu. He he he….. begaya diriku… sok sibuk… padahal gak ada kerjanya. Kwa…kwa…kwa….
Mungkin suatu hari akan ditemukan format yang jitu untuk niat baikmu, kawan. Tentunya gawean itu masih berhubungan dengan dunia pendidikan bukan ? Aih…ngomong ama siapa ni ye ? Terserahlah….siapa aja yang merasa diajak ngomong….!!
Jika lihat poto di artikel ini, sepertinya tu murid-murid manis-manis ya. Ih emangnya permen ? He he he... Ya ya ya, smoga kejadian di Pemkob Malang itu tdk terjadi lagi di bumi pertiwi tercinta ini. Cukuplah itu yg pertama dan terakhir. Merdeka !!
BalasHapusmenurut saya Pemkab malang melepas tanggung jawab begitu saja dan seharusnya pemkab lebih bijak dalam menghadapi kasus ini jangan sampai pendidikan menjadi korban. Kalau hal tersebut masih terjadi di negeri kualitas pendidikan tidak akan maju..
BalasHapuskasihan ya padahal anggaran belanja untuk pendidikan udah dinaikkan.gimana nih bapak-bapak yang duduk di legislatif dan di pemerintahan kita nih?
BalasHapus