“Buku adalah jendela dunia.” Demikian pepatah yang telah saya dengar sejak masa kanak-kanak. Setujukah anda dengan pepatah itu? Cuma segitunyakah? Ketika saya kanak-kanak saya setuju dengan kalimat bijak tersebut. Tetapi setelah umur bertambah dari waktu ke waktu…(ihh…sebenernya dari waktu ke waktu umur kita nambah atau malah berkurang ya? Hiks…), baru saya menyadari bahwa buku (membaca-red) bukan hanya jendela dunia tetapi…hmm….dia punya nilai ‘greng’ yang cukup dahsyat kawan.
Salah seorang penulis muda muslim yang saya begitu ‘menggila’ dengan karya-karyanya (alaaahh…hiperbola…he he he), yaitu Dr. Aidh Al Qarni dalam buku fenomenal-nya La Tahzan, dengan bahasa sastra tingginya beliau mengungkapkan:
“Membaca buku akan membukakan pintu otak dan akan memandunya ke arah kepandaian dan kebijaksanaan. Membaca buku akan memberikan bekal hikmah, akan membuat lisan tidak kelu, meningkatkan kemampuan berpikir, menghantarkan ke wilayah hakikat, dan akan menghilangkan yang syubuhat (keraguan). Membaca buku adalah hiburan bagi yang menyendiri, munajat bagi jiwa, dialog bagi orang yang senang mengobrol, kenikmatan bagi orang yang merenung, dan pelita bagi yang berjalan di tengah malam. Semakin pengetahuan diulang, dikuasai, dan disaring, maka semakin pengetahuan itu berbuah, meranum, dan tiba saatnya untuk dipetik. Namun demikian pengetahuan itu tetap pada dahannya, dan akan memberikan buahnya setiap waktu dengan izin Rabb-nya. Meski para penulis telah mati, namun berita tentang mereka tetap menempatkan mereka di kedudukannya.”
Begitu banyak tokoh yang mem-booming di alam raya ini karena sebuah buku. JK. Rowling yang semula hanya ibu rumah tangga biasa menghentak dunia dengan ‘Harry Potter’-nya. Andrea Hirata yang semula hanya seorang pegawai Telkom, menggebrak dunia sastra dengan Tetralogi Laskar Pelanginya. Padahal sebelumnya beliau tidak pernah bersentuhan dengan dunia sastra. Ary Ginanjar melejit ke permukaan dengan buku ESQ-nya yang bernuansa religius, padahal beliau tidak pernah mengenyam pendidikan formil yang berlatar belakang agama. La wong beliau sendiri total terjun di dunia wira usaha. Masih banyak lagi nama-nama yang mengalami jalan hidup bersama buku yang mirip seperti mereka, kawan. Yang kesemua buku-buku mereka telah memberikan inspirasi serta spirit bagi jutaan pembacanya. Tentu saja para tokoh tersebut mampu meng-create sebuah buku berdasarkan inspirasinya dari bukan hanya membaca buku tetapi juga ‘membaca alam mayapada’. Buku telah membuat mereka yang semula ‘nobody’ bukan hanya menjadi ‘anybody’, tetapi bahkan ‘somebody’. Terbuktilah bahwa buku mampu mengexplore dan meningkatkan potensi diri.
Lalu bagaimanakah perumpamaan yang tepat bagi orang yang enggan membaca buku? Masih mengcopy pemikiran Dr. Aid Al Qarni neh, beliau memperumpamakannya kira-kira begini….. “Itulah penjara bagi lisan, kungkungan terhadap nilai pribadi, kebekuan untuk hati, kerusakan bagi otak, kematian bagi kepribadian, kelesuan di tengah perjalanan meraih pengetahuan, dan kekeringan bagi pikiran. Mengapa demikian? Karena buku selalu mengandung faedah, tamsil, kebijaksanaan,cerita dan hikayat yang sangat unik.
Oleh karena itu kawan. Beruntunglah orang-orang yang masih memiliki tekad, hasrat, dan semangat untuk berteman dengan buku. Maksudnya masih menyisakan waktu untuk membaca buku disela-sela kesibukannya. Karena apabila hal itu telah mati dalam diri kita….hmmm… mungkin bisa dikatakan bahwa itu sebahagian dari ‘musibah’. Gak setuju? Silahkan ungkapkan di kolom komentar. He he he…
31 Maret 2009
Berteman Dengan Buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar 'Yes' but Spam...oh...'No'...!