Salah satu uniknya menjadi guru adalah tidak pernah merasa kesepian. Dimana pun kita berada selalu ada yang menyapa. Apalagi bagi guru yang telah mengabdi dalam koridor profesi ini belasan tahun atau puluhan tahun. Seorang guru yang mampu menjalin relasi atau hubungan yang baik dengan murid-muridnya, hidupnya akan selalu penuh warna. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga dengan guru. Tidak ada guru yang di senangi oleh semua siswa tetapi tidak juga dijauhi oleh semua siswa. Ya fifty-fifty lah. Tetapi bagaimana hubungan atau relasi antara guru dan murid jika progress si murid jauh lebih melejit dari sang guru ? Tidak dapat kita pungkiri betapa banyak guru yang terjebak oleh rutinitas mengajar sehari-hari dengan style yang itu-itu saja, dengan paradigma statis, bahkan alergi dengan segala sesuatu yang dinamis. Ada kisah menarik yang berhubungan dengan kondisi ini teman.
Sebut saja namanya Budi. Seorang siswa cerdas, berpotensi bagus dan tidak gampang menyerah dengan keadaan. Baginya belajar itu asyik. Sebuah ‘sense’ yang tidak bisa dibeli dengan materi. Tinggalnya disebuah dusun yang jauh dari keramaian kota. Masa kanak-kanak dan remajanya (SD dan MTs) dilaluinya di sekolah yang ada di dusunnya. Setelah tamat MTs ia hijrah dari dusunnya, dan mulai beranjak ke kota melanjutkan ke sebuah Madrasah Aliyah Negeri. Tamat dari MAN, langkah pendidikannya terus dikayuh menuju Perguruan Tinggi. Alhamdulillah diterima di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di kota Medan. Penuh perjuangan masa pendidikan di Perguruan Tinggi usai sudah. Kembali ke dusun kelahiran, lalu mengajar di Madrasah Tsanawiyah Swasta tempat ia dulu belajar. Di madrasah ini Budi kembali bertemu dengan guru-gurunya. Jika dahulu mereka adalah gurunya dan ia sebagai siswa, tetapi sekarang selain mereka sebagai guru juga sebagai rekan sejawatnya.
Walaupun telah menjadi guru, naluri belajar Budi tetap menggelora. Pendidikannya kembali dilanjutkan ke Pascasarjana. Walaupun harus bekerja keras, masa-masa ini dilaluinya dengan gembira. Mengajar sambil kuliah. Jarak dusun tempat tinggal dengan ibukota Sumtatera Utara (kota Medan) yang cukup menyita waktu perjalanan bukanlah halangan baginya. Maka aktifitas mengajar sambil kuliah dijalani. Nah disinilah awalnya muncul problem relasi Budi dengan guru-gurunya di madrasah tempat dia dulu belajar yang menarik perhatian saya.
Sebagai seorang mahasiswa Pascasarjana yang cerdas (terbukti dengan ia mendapatkan beasiswa), sering ia tidak dapat menerima kinerja kerja guru-guru MTs tempat ia mengajar. Guru-guru rekan sejawat yang notabene adalah guru-gurunya juga. Sehingga tanpa disadari sering ketidak terimaannya itu dituangkan dalam pertemuan-pertemuan (rapat dewan guru). Sudah bisa diduga, protes-protesnya mendapat sambutan yang tidak bersahabat dari rekan sejawat. Sebenarnya ide-idenya bagus, tetapi karena tidak bersambut ya seolah-olah ia berjalan sendiri dalam membenahi sistem pembelajaran di madrasah tersebut. Salah satu idenya yang patut saya acungi jempol adalah Budi tidak hanya mengajar menuangkan ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi ia juga mulai menanamkan kepribadian yang berkarakter kepada muridnya. Ini yang sering kita sebut dengan pembentukan karakter di sekolah. Sementara guru-gurunya hanya sebatas mengajar member ilmu. Sayang sekali…!
Andaikan guru dapat berbesar hati untuk menerima kelebihan murid sendiri mungkin suasana ini tidak terjadi. Jika disikapi dengan bijak justru kondisi ini adalah asset yang bagus demi kemajuan madrasah. Tapi sayang, sepertinya guru-guru Budi belum bisa menerima kenyataan bahwa anak didik mereka telah tumbuh menjadi pemuda dewasa yang berpikiran kedepan lebih maju dari mereka sendiri. Karena ia selalu dinamis, sedangkan gurunya lebih betah pada lingkaran statis.
Guru yang baik akan menghasilkan murid yang lebih baik dari dirinya. Itulah pepatah yang sering kita dengar. Tetapi bagi saya, lebih baik OK lah…. Tetapi lebih bijaksana….. tetap itu harus ada pada kita, guru-gurunya. Sehingga setinggi apa pun pendidikan si murid ia akan kembali ke gurunya untuk sharing. Maka beruntunglah seorang guru yang tetap dikunjungi murid-muridnya sekalipun pendidikan mereka telah melebihi pendidikan gurunya, apalagi jika tujuan kedatangannya selain tetap menjaga silaturahmi juga karena ada keinginan tetap ‘berbagi’ pada si guru. Tentu saja berbagi ilmu seperti layaknya dulu di bangku sekolah, walaupu dalam tatanan yang berbeda. Dengan kata lain, ketika si murid membutuhkan sesuatu, ia langsung teringat pada sang guru, dan mencarinya karena ingin bertemu…! Biasanya guru yang selalu menjaga kestabilan progress dirinya, maka akan selalu dicari muridnya. Sekalipun si murid tidak berada pada sekolah yang sama. Kalau sudah begini, pasti si guru akan merasakan betapa hidup seorang guru tidak pernah kesepian. Life is so colourfull...!
mudah-mudahan dapet pertamax nih. semoga.
BalasHapus--------------------
secara tidak disadari, si budi adaLah cerminan dari sebuah ungkapan di atas *guru yang berhasiL adaLah menciptakan murid yang Lebih berhasiL dari gurunya*.
nah, berarti disiniii... sesuai juga dengan yang teLah ibu_sriayu sampaikan *perLunya seorang guru bersikap Legowo dan bijaksana daLam menghadapi murid yang seperti ini*. karena biLa haL tersebut tidak sikapi dengan bijak, maka akan terciptaLah sebuah pribadi guru yang Lebih buruk dari muridnya. betoL enggak buw?. hehehehe....
------------------
kaLo ibu merasa kesepian, jadikanLah si om_rame ini sebagai murid mu, insya Allah rame terus deh. ngikngikngikngikngik.
-----------
semoga ibu_guru sriayu adaLah termasuk daLam kategori guru yang berhasiL dan seLaLu mejaga progress pada dirinya.
------------
dan sedikit masukan kaLo bisa nama *budi* diganti dengan nama *om_rame*. wkwkwkwwk... ngarep.com, pedenya Langsung Umum Bebas Rahasia.
Saya sering dengar kepsek saya menyampaikan bahwa "Tunas yang tumbuh sehat harus tumbuh melebihi pohon induknya", masalahnya ada saja "Senior" yang tidak mau mengakui kelebihan "Yuniornya" terlepas dia muridnya atau bukan. Ego dari para senior yg tidak bijak (sebab banyak juga yang bijak) kadang keberatan menerima ide-ide segar dari para yunior.Kadang kalau ada ide segar dari yunior mereka yang briliant alih2 menerima malah mencibir dan berdalih "dari dulu sudah kami pake cara ini" kadang yg begini membuat sang "yunior" mengkeret dan ide2nya dipendam saja.Sayang sekali ya kalau yang demikian dibiarkan, dan yang rugi akhirnya lembaga juga karena menjadi "diam di tempat" alias statis.
BalasHapusTerpujilah wahai ibu bapak guru ....
BalasHapussungguh merupakan untaian kalimat penghargaan yang sepatutnya disematkan di pundaknya.
Berbagi Ilmu yang bermanfaat adalah pahala yang mengalir, Subhanallah
@om_rame: mengganti Budi dgn om..? Hmm..mikir 1001x deh om. wkkk...! anyway, bs g' sih ngetik BUK bkn BUW... monyong nih bacanya... iihh cebel..!
BalasHapus@deep yudha: emang bu, sungguh sayang bribu sayang..!
@pakies: benar teman (pakies ini co or ce ya.? Bpk or Ibu..??) Ilmu yang bermanfaat termasuk amal jariyah yg tdk terputus pahalanya sekalipun kita tlah berpulang..! (Hmm..jd inget request diriku pada 'seseorang'.. Hiks..)
bangga dan bahagianya sebagai murid yanga ada daLam tuLisan ini, gurunya aja sudah menjempoLi dan namanya enggak bisa tergantikan tuh waLaupun dengan om_rame yang seLaLu ngangenin, hehehehe.....
BalasHapus----------------
tuLisannya kerenan buw, seperti anak gauL Lagi. usia kita kan masih pada seventeen jadi harus ngikutin trend itu buw. wkwkwkwkwk........
Jadi mengingatkan dah lama Ndak Soan t4 e Pak Guru dan Bu Guru, Mungkin lebaran Nanti.
BalasHapusSebuah tulisan yang sangat menarik. Hal serupa bisa jadi terjadi di banyak sekolah yang lain. sebagai guru saya juga pernah mengalami hal tsb. Alangkah bijaknya kalau guru yang senior (dlm segi usi ) juga mau berbesar hati atas kemajuan pola pikir dari bekas muridnya. itu juga merupakan bagian dari keberhasilannya. asl sesuatu itu membawa ke hal yang lebih baik, kenapa harus ditolak, walaupun berasal dari orang yang dulunya kita didik. sy malah sering shering dengan mantan siswa yang dari beberapa hal memang dia punya kelebihan. Terimakasih telah berbagi cerita. salam kenal.
BalasHapussaya baru menjadi guru dan masih terus belajar. say akan merasa bangga jika ada anak didik yang melebihi kemampuan saya. kita juga bisa sharing dari murid tsb. tidak perlu malu utk belajar dari mana dan siapa saja :)
BalasHapuscerita di atas sering dialami guru2 muda yang ingin memperbaiki kualitas pendidikan di suatu sekoalh tetapi terhambat oleh guru2 senior yang merasa "lebih tahu dan berpengalaman" sehingga jadi single fighter. :)
Prof. Martani Huseini ketika mengupas tentang "PENERAPAN KONSEP SUPERLEADERSHIP BUAT" mengatakan bahwa seorang pemimpin yang sukses adalah bila dia bisa menciptakan pemimpin yang baik.
BalasHapusTampaknya konsep ini cocok diterapkan bagi rekan-rekan guru, dimana di bawah kepemimpinannya seorang guru seyogyanya dapat menciptakan generasi baru dan pemimpin-pemimpin baru yang lebih baik, seperti apa yang tergambarkan dalam tulisan di atas.
Terima kasih atas infonya.
@om_rame: om jg g' bs tergantikan lo om. Stiap org kan py ke-unik-an msg2. he he he..!
BalasHapus@anak rantau: thanks kunjungan 'n coment na. saya sdh mampir lo k rmh maya anda. keren site na.
@hibat: Wise comen friend. You're welcome. Ntar saya mampir ya
@Nurrita: trimakasih respond-nya Bu. Sukses utk Ibu
@Akhmad Sudrajat: Trimakasih juga utk in put-nya Pak. Bapak adalah salah satu 'guru' e-learning saya. Info d site bapak sangat bermanfaat bt saya. Thanks for everything.
*MEMBUKA TABIR ASUMSI*
BalasHapusterima kasih atas koreksi pada tuLisan si_om, tapi si_om punya persepsi tersendiri.
emosi memang dapat diartikan dengan berbagai macam perasaan hati, tapi karena identiknya emosi adaLah kemarahan maka sengaja si_om membawa tuLisan (emosi) kepada sikap kemarahan. ini hanya sebuah trik untuk nanti dibuatkan tuLisan terbaru mengenai kLarifikasi (share yang sebenarnya) dari Luapan perasaan hati tersebut, biar enggak kehabisan ide tuLisan geto Loh. hehehehehe....
disamping itu juga untuk memancing bLogger Lain agar mau mereview tuLisan si_om mengenai kLarifikasi emosi, termasuk ibu yang sudah mencermati tuLisannya si_om. mudah-mudahan dari komentar tersebut ibu_guru justru mau membuat review sebagai kLarifikasi dari tuLisannya si_om kaLi ini, dan si_om pun bisa mengomentarinya tuLisan review tersebut, kan Lumayan tuh untuk bahan obroLan. wkwkwkwkwkwk..........
---------------------
makLum si_om merknya "rinai si api biru" yang suka meLakukan tindak provokasi, tapi positif Lho biar banyak orang yang berargumen di kotak komentar. hakahakhakhakhak.
@om_rame: Haiyaa...MEMBUKA TABIR ASUMSI... bahasa-mu itu om.. tak sanggup la bacanya.. Acem betoolll aj. ha ha ha...! Om aj deh yang bahas itu, bu guru yg mencermati. Aih,,katanya mau jd murid, d kasi PR eh malah nge-les.. Perlu d remedial jg neh. he he he..
BalasHapusMenurut saya, guru harusnya bangga klo ada anak didiknya yg berhasil. sebab itu tandanya guru berhasil mendidik anak didiknya demi kemajuan bangsa , agama dan negara..
BalasHapussebagai guru yang jadi panutan, sebaiknya ibu aja yang mengkLarifikasi. nah, murid-murid tinggaL berintropeksi pada tuLisannya sekaLigus mencermati kaLau-kaLau ibu_gurunya kepeLeset juga, kan gampang tuh mengkritisinya.
BalasHapusmonggo buw (sambiL moncong) diLanjutken, si_om masih banyak PR nih, Lagi sibuk. hak,hak,hak,hak,hak.....
@Ramdhan: begitulah memang semestinya Pak.
BalasHapus@om_rame: duhhh aji tolak bala-mu om..! G' baek tu nungguin org lain 'kepeleset'. hik..hik..hik..!
sang kLarifikator sudah dateng ke bLog si_om. ibu yang mereferensikan yaw (sambiL monyong)?.
BalasHapusberat buw (sambiL monyong) jurus-jurusnya, suLit untuk meLawannya.
ibu aja yang meLawan, kaLo si_om yang Lawan perLu waktu Lama, secara harus tirakat Lagi ke padepokan gunung agung. geto Loh, bisa cape dweh.
ibarat perih_bahasa, *guru adaLah tameng, murid adaLah senjata*. nah, kaLo senjatanya udah tumpuL berarti tamengnya yang berfungsi untuk menangkis. yaw,yaw,yaw,yaw (sambiL monyong).
wah senangnya, memiliki guru yg bijak seperti bu Sri... sukses selalu yak bu.. aku pasti akan sering mampir untuk ikut belajar bersama bu guru.. biar pinter... Amien...
BalasHapuswaktu itu ada seorang ustadz muda yang bilang padaku
BalasHapustipe guru itu ada dua
guru untuk pelajar
dan guru untuk pendekar
kalau guru untuk pelajar
guru yang senang
jika muridnya lebih pintar
kalau guru pendekar
guru yang merasa terancam
kalau murid perguruannya lebih sakti
hehehehe
tiba2 aku ingat itu yah
hihihihi
^-^
salam hangat di hari jumat
dan mampirlah berkunjung
kita berkenalan
karena aku juga
baru pertama kali mampir
^-^
@om_rame: sorry, request..denied..! wkk..!!(eittss g' aci protes..! Mo d kutuk jd ATM apa?)
BalasHapus@TriZ 'n W i e d e s i g n a r c h (wuih repot ngetik na euy): relasi aku dan 'Budi' emang unik. Dia bukan hanya SEPERTI murid-ku, tetapi dia juga teman-ku dan guru-ku. Krn ada saat-saat tertentu justru diriku yg berguru padanya...! Bgt jg sebaliknya..!
wah kalau murid udah pintar dari gurunya itu baguskan jadi kita sebagai guru gak susah lagi mengajarkannya yang penting si guru harus terus belajar sehingga gak ketinggalan dengan si murid
BalasHapuskadang Guru juga harus "belajar"dari si murid..
BalasHapusmurid yang baik guru yang bijaksana alangkah indahnya,,
menarik yah komentnya Wiedesignarch..
BalasHapusbwt ibu ..slm hangat aja deh. :D
@muxo: seseorg yg tlah memutuskan jln hidupnya sbg guru diharamkan berhenti blajar. Never old to learn gt loh..!
BalasHapus@aan: ya..ini adalah salah satu dari keindahan yg pernah kumiliki. Halaaahh...begaya romantis..! Hiks
@merpati balap: salam hangat jg.. Smoga tetap akur dgn 'selingkuhan'-nya (waaxxx..?? gubraakkkk..!!)
sepi nih dunia bLogging, Lagi pada nonton word-cup kaLi yah.
BalasHapusmohon maaf agak teLat ngabsen.
--------------
jangan dikutuk jadi ATM, nanti isi saku si_om yang sudah menitipis maLah jadi boLong.
-------------
kaLo si_om sebagai orang yang "enggak ganteng tapi ngangeni", Lebih banyak noLak darp pada ditoLak. wkwkwkwkwwk.....
satu guru satu iLmu jangan ngeganggu.
ya benar sebaiknya guru terus menambah ilmunya biar gak ketinggalan ama si murid
BalasHapusSemoga Allah berikan kita kemudahan agar menjadi orang-orang yang terus tegak dalam perjuangan dan jihad, dakwah, dengan cara mendidik anak2 murid dan generasi dibawah kita agar mereka mampu lebih baik dari kita semua (para gurunya), Syukron Katsir atas tulisan ibu,, bener-bener menjadikan hati ini menjadi basah,, basah untuk terus bersemanagat dan berbuat, basah karena haru, basah untuk kembali menelaah perjalan perjuangan ini...
BalasHapus@om_rame: ya om.. world cup tlh 'mengalihkan duniaku'.. hu hu hu.. Anyway.. menolak itu lbh g' enak dr pd d tolak om, ap lg yg d tolak 'ngeyel'.. huaa..cuwapex dweh..!!
BalasHapus@home improvement: thanks coment na friend
@mujahid: akhirnya si 'BUDI' buka suara jg. Kirain cm baca sambil senyam-senyum aj. BTW... 'hati menjadi basah..??' Haiyaaa...bilang aj dirimu jadi termehek-mehek gicu.. hu hu hu..
Thanks for visiting. 'Ndang beres tu tesis ya...'ndang..wis..sudah...!! Good luck..!!
pake aja toLak baLa dooong....
BalasHapus"dung-dung pret, dung-dung pret. anak katak dikira kampret, kaLo ngeyeL nanti saya santet. pret-pret-preeeeeet".
baca mantra di tengah keramaian sambiL goyang pinggung aLa tari samba di depan orang yang enggak mau di toLak, insya Allah orangnya Langsung kabuuuuuurrrrr......
-------------------
ibu suka dengan sepakboLa juga yaw (sambiL monyong)?.
timnas jagoannya si_om enggak masuk kuaLifikasi jadi maLes nontonnya. hiks,hiks,hiks,hiks.
-------------------
seLamat berakhir pekan yaw buw (monyongnya 2 kaLi).
kaLo butuh orang untuk bantu beres-beres rumah, caLL si_om aja. $10/jam, wkwkwkkwwk.....
kaya nya argentina bakaLan kaLah nih sama nigeria, kaLopun menang itu cuma karna faktor keberuntungan aja. wkwkkwkwwk... kabuuuuurrrr
BalasHapus@om_rame: makin OOT makin rameee... he he he..
BalasHapuscian deh si om.. td mlm Argentina unggul lo..dasar siriikkk..!!
guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa..jadi hormatila guru mu
BalasHapusGuru seperti si 'Budi' ini yang amat kita butuhkan sekarang ini agar dapat berpacu dengan perkembangan jaman yang semakin cepat. Anak didik dan orang tua tentunya amat mendambakan guru dengan karakter dan spesifikasi seperti ini. Pemerintah dan seluruh stakeholdeders harus mendorong dunia pendidikan agar mempunyai tenaga pendidik seperti si Budi ini. Salam dan sukses untuk Pak Guru Budi. Trims sharingnya.
BalasHapuspostingan yang bagus. saya mendapat suatu pelajaran yang sangat berharga dari tulisan ini.
BalasHapusSayangnya posisi senior itu membuat dia gengsi menerima masukan dari yunior, karena dia tidak mau disaingi oleh orang yang memiliki ide brilian yuniornya. Seperti murid yang belajar pada gurunya, guru juga harus belajar pada muridnya, sehingga ada hubungan timbal balik antara guru dan murid. Dengan belajar dari murid kita dan mendengarnkannya, kita akan memperoleh sesuatu yang berharga dari proses pembelajaran yang terjadi secara tidak sengaja itu antara murid dan guru. Karena anak-anak itu penuh dengan ide-ide yang briliant. Selama ini saya banyak belajar dari anak-anak didik saya dan menemukan pelajaran yang berharga dengan jawaban mereka yang tidak terduga. Serta daya kreasi mereka yang terbentuk dari proses eksplorasi yang mereka lakukan sendiri. Jadi untuk apa malu belajar pada orang yang lebih muda?
mantap bu info nya bisa dapat pencerahan
BalasHapusemang seharusnya guru harus lebih pintar dari murid jangan sampai kalah dengan muridnya sendiri
BalasHapussaya murid juga lbih pinter dari guru saya kadang2.. soalnya guru kadang cuma lewat buku, ga ngerti dia internetan.. :)
BalasHapushmm, emang murid kadang lebih pintar dari gurunya..
BalasHapusSubhanallah, great reality story...
BalasHapusBagus-bagus banget komentarnya, semakin memperkaya kenggunan tulisan ini.
Memang sulit untuk menjadi manusia yang bijak dalam segala situasi. Bijak sebagi guru yang bangga dengan murid-muridnya sekaligus terus memperbaiki diri. Dan, bijak sebagi murid yang terus berilmu dan berkarya sekaligus tetap memuliakan guru-gurunya.
Mudah-mudahan kita dipandaikan oleh-Nya, amin.
ZAINUDIN IDRIS
http://zaynet.wordpress.com
http://zayweb.com
pahlawan tanpa tanda jasa
BalasHapusyaiyalah, murid kan otaknya msh fresh..
BalasHapusbeda sama gurunya..
terkadang yang paling saya tidak sukai, ada guru yang egonya tinggi ketika si muridnya telah menjadi guru lagi ada aja yang menganggap muridnya tersebut ilmunya sepele,....astagfirullah..astagfirull
BalasHapuswhat haven
BalasHapus