Pak Tarnedi dengan Catatan Bahasa Inggrisnya (sumber poto: http.hot.detik.com) |
“Saya belajar karena kebutuhan”. Demikian kata Pak Tarnedi. Kebutuhan yang dimaksud beliau adalah butuh ilmunya. Saya sangat terkesan dengan pernyataaannya ini. Belajar Karena Kebutuhan. Baginya dengan belajar bahasa Inggris akan mempermudah pekerjaannya. Menurut Pak Tarnedi jika ia dapat berbahasa Inggris maka dia akan dapat melayani penumpang taxi-nya (yang bule-bule itu) dengan baik. Benar-benar sebuah sikap bermental professional. Meningkatkan kualitas diri untuk memberikan layanan yang berkualitas pula. Mental belajar yang patut dicontoh oleh generasi yang masih duduk di bangku pendidikan dasar dan menengah, apalagi perguruan tinggi. Tentu saja patut ditiru juga oleh mereka-mereka yang mengaku profesioanal.
Karena semangat belajarnya yang tinggi, beliau selalu mendapat tips menakjubkan dari penumpang bule-nya. Bahkan ada yang member tips hingga Rp 500.000,- dengan pesan untuk membeli buku. Bagi Pak Tarnedi pesan ini adalah amanah. Lagi-lagi mental professional yang luar biasa. Sungguh ironi jika dibandingkan dengan banyak pejabat di luar sana yang mengabaikan amanah.
“Guru saya adalah semua orang Jakarta yang pernah menjadi penumpang di Taxi saya”. Demikian pengakuan Pak Tarnedi. Satu sikap low profile dan menghargai orang lain secara tulus. Menurut pengakuannya dia selalu mengajak penumpang taxinya untuk bicara dalam bahasa Inggris. Baginya “We can’t speak English fluently if never practice”. Saking ‘nafsu’-nya belajar bahasa Inggris, sampai terbawa ke dalam mimpi beliau. “Bapak suka ngelindur (mengigau). Jika sudah ngelindur bicaranya ngaco pakek bahasa Inggris”. Demikian kata putra Pak Tarnedi. Wow, bisa kebayang bagaimana semangat belajarnya.
Untuk mencapai sukses, terkadang seseorang perlu ‘gila’. Begitulah motivasi dari Deddy Corbuzier. Ya, kita memang perlu meng-‘gila’ untuk mengusir sifat malas dari diri kita. Pak Tarnedi sering dianggap ‘gila’ oleh orang-orang di sekitarnya. Karena kebiasaannya practice English itu. Bahkan anaknya sendiri sempat malu karena diejek teman-temannya sebagai anak Mister. Tetapi Pak Tarnedi mengabaikan semua ‘cobaan’ tersebut. Beliau maju terus pantang mundur. Hasilnya 2 tahun terakhir ini beliau sudah bisa tulis baca. Amazing…!
Di saat sebagian orang belajar karena terpaksa atau karena gengsi, Pak Tarnedi justru belajar karena kebutuhan (butuh ilmunya). di saat sebagian orang belajar untuk mendapatkan selembar kertas yang disebut ijazah, Pak Tarnedi justru belajar untuk meningkatkan kualitas diri. Di saat sebagian orang meningkatkan kualitas diri untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, Pak Tarnedi justru meningkatkan kualitas diri untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Sungguh luar biasa…! Kita memang perlu belajar mental belajar dari Pak Tarnedi. Walaupun beliau tidak tamat SD, belum pernah membaca buku filsafat pendidikan, tapi pola pikirnya sungguh terdidik. Selengkapnya...