“Buk, Saya minta tolong dirajia HP anak saya. Di sekolah tidak boleh membawa HP. Tolong ya Buk”.
Pesan ini saya terima via SMS dari seorang wali murid. Ya, lagi-lagi saya menerima request seperti ini dari wali murid. Ada yang melalui SMS, ada juga yang langsung disampaikan kepada saya. Ada juga wali murid yang curhat betapa sulitnya minta tolong pada anaknya untuk membantu pekerjaan rumah jika mereka sudah memegang HP. Bahkan ada yang mengeluh, ke WC pun membawa HP. Oh My God…!!
Khusus pesan di atas, terkadang rada kesal juga membacanya karena seolah-olah sekolah ‘meridhoi’ siswanya membawa HP. Lagian kenapa tidak dirajia sendiri anaknya sebelum berangkat ke sekolah ya? Terus yang membelikan HP untuk anaknya siapa? Memangnya guru? Aiiihh...!
Kondisi ini menunjukkan betapa orang tua sudah tidak mampu menghadapi masalah kesenjangan teknologi, khususnya Handphone.
HP atau handphone memang fenomena yang unik. Di satu sisi ia adalah bahagian dari teknologi informasi yang harus kita perkenalkan kepada anak, tetapi di sisi lain jika kita tidak mampu mengenalkannya dengan bijak justru dapat berbalik menjadi bumerang yang akan mencelakakan anak. Begitulah teknologi, bagaikan belati bermata ganda.
Jika kita mau merenungkan, ada pembelajaran dari kasus ini. Pada dasarnya anak selalu meniru tingkah orang dewasa. Jadi ketika kita merasa ada yang salah pada prilaku anak kita dalam menggunakan handphone, bisa jadi itu karena dia meniru prilaku kita. Misalnya kita menggunakan handphone untuk hal-hal yang tidak penting, maka anak pun akan menganggap seperti itulah penggunaannya. Apalagi saat ini banyak juga orang tua yang waktunya habis hanya karena ber-BB-ria hanya untuk just say hello pada teman lama dan posting foto-foto bernuansa narsis plus up date status yang…ups..kadang nyaris tidak berbeda dengan status ABG. Galau mode on. He he he.
Melarang anak menggunakan HP tanpa alasan yang jelas juga bukanlah solusi. Semakin dilarang tentu semakin meradang. Kita juga tidak mungkin menjauhkan mereka dari perkembangan IT.
Jadi salah satu kewajiban kita adalah mengajarkan kepada anak bagaimana semestinya menggunakan HP yang sehat. Bukan hanya HP barangkali, tetapi juga perangkat IT lainnya beserta segala fasilitasnya. Kemudian jangan mau kalah up date informasi sehat dengan mereka tentunya. Akan tetapi yang paling penting sebelum membelikan HP untuk anak, perlu adanya komitmen. Ini penting, paling tidak untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada mereka. Jika HP diberikan tanpa komitmen, siap-siaplah mengalami berbagai kekesalan karena prilaku mereka yang sudah tidak terkendali lagi dalam ber-HP-ria. Maka jika dikaji-kaji, sumber masalah dan sumber solusi ada di kita juga kan?
2 April 2012
"Buk, Tolong Dirajia HP Anak Saya"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar 'Yes' but Spam...oh...'No'...!