Mengunjungi sekolah atau madrasah di daerah perkotaan tentunya kita akan mendapati sebuah sekolah/madrasah dengan fasilitas yang mendekati standar atau bahkan complete. Gedung permanen, berlantai dua atau bahkan tiga. Lengkap dengan fasilitas laboratorium dan perpustakaan. Kemudian siswa yang dinamis berpacu dengan teknologi (sebahagian), dan juga siswa yang menjadi ‘korban’ teknologi (sebahagian juga). Lalu tenaga pendidik yang mobile ‘mengejar bola’ (masih sebahagian), serta tenaga pendidik yang asyik menghitung-hitung untung ruginya menjalankan tugas sesuai prosedur (tetep sebahagian pula…he he he…).
Nah, bagaimana jika kita mengunjungi sekolah/madrasah yang terletak di pelosok desa kawan? Wow….cukup seru….!! Inilah yang akan saya share kepada anda kali ini.
Hari Jum’at (tgl 10 April) dan Minggu (12 April) yang lalu, walaupun hari libur, tetapi saya tidak libur. Bersama seorang sahabat, ada sebuah madrasah yang meminta kami untuk memberikan pelatihan..ups…gak ding, tepatnya untuk saling sharing kepada guru-guru di madrasah tersebut. Nama madrasahnya MTs Al Hidayah (sederajat SMP). Madrasah ini berada di Desa Sei Tualang Simpang Bibitan Kecamatan Brandan Barat. Kira-kira 20-an km dari Pangkalan Brandan. Menuju Desa ini bisa melalui simpang Bibitan, jalannya lumayanlah untuk ajang motorcross…he he he… Naik turun bukit plus berbatu-batu. Jika hujan membutuhkan keahlian khusus dalam bersepeda motor agar perjalanan sukses (tidak ada kenderaan umum yang melalui Desa ini). Licin bo’. Alternative lain melalui simpang Bukit Mas dari kota Besitang. Nah melalui simpang ini jalannya asyik, aspalnya bagus, tetapi hanya beberapa saat saja. Begitu berbelok ke arah Desa Sei Tualang, ya siap-siaplah dengan jalan berbatu lagi. Tapi masih nyaman la untuk dilalui.
Madrasah ini hanya memiliki 3 ruang kelas dan sebuah kantor guru, merangkap kantor Kepala Sekolah. Jumlah murid gak lebih dari 50 orang dan guru hanya 13 orang. Berada di sekolah ini saya jadi inget film Laskar Pelangi. Karena madrasah ini diasuh oleh guru-guru yang memiliki semangat luar biasa,seperti semangat Bu Muslimah dan Pak Harpan. Walaupun dari tahun ke tahun murid hanya belasan, tetapi mereka tetap mampu bertahan. Padahal guru-guru di Madrasah ini 60% berasal dari Pangkalan Brandan, bahkan ada yang dari kota Tanjung Pura. Masalah gaji, aih jangan ditanyak lah. Jaaauuuhhh banget dibawah UMR. Iseng saya hitung-hitung gaji mereka habis di transport. Namun dengan ketangguhannya mereka tetap dapat menciptakan KBM yang lancar. Setidaknya madrasah ini jauh dari tanda-tanda akan ditutup.
Dua hari sharing dengan mereka banyak pelajaran berharga yang dapat saya ambil. Walaupun menurut mereka banyak ilmu yang mereka dapat dari kami, tetapi mereka tidak menyadari bahwa banyak juga ilmu yang kami (saya dan sahabat) peroleh dari mereka. Paling tidak saya menemukan semangat untuk meningkatkan kwalitas diri yang sangat jarang kita jumpai di perkotaan. Selama presentasi mereka tekun, begitu juga ketika praktek. Sementara guru-guru di kota, jika dapat tugas pelatihan, cenderung nyantai dan hanya ngobrol yang gak penting, plus selalu bertanya… “Nanti kita dapat berapa?” Olalaa….!!
Tetapi ada satu sosok yang paling menarik dari madrasah ini kawan. Salah seorang guru yang bertugas di Madrasah ini dan menjabat sebagai PKM bidang Kurikulu, adalah murid pertama yang lulus dari madrasah tersebut. Seorang pemuda masih belia, usia kira-kira 26 tahun, S1 diraihnya di IAIN SU dan sekarang melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Yang membuat saya kagum, beliau asli putra daerah setempat. Semangat belajarnya luar biasa. Bayangkan beliau harus menempuh perjalanan sekitar 130 km untuk mencapai kota Medan (IAIN Medan) demi menyelesaikan S2-nya. Selama 4 hari mengajar di Madrasah Al Hidayah dan selebihnya memberesi S2-nya di IAIN Medan. Perjalanan itu ditempuhnya dengan sepeda motor. Subhanallah…. Hare gene masih ada anak muda yang mau berbakti di dunia pendidikan yang berada di pelosok desa tapi tetep konsisten meneruskan kuliahnya. Padahal jika dia mau, pasti dia bisa menyelesaikan S2-nya sambil magang di Medan. Gak perlu capek-capek menempuh jarak 130 km, yang terkadang itu harus ditempuh malam hari. Kepada saya dia berkata…. “Saya kasian ama anak-anak ini, Bu… Gak tega ninggalnya.” Duh andaikan ada lebih dari satu pemuda kayak gini, di setiap desa, mungkin problem Negara ini akan berkurang.
Melihat sosok semangat belajarnya saya jadi ingat sosok Lintang dalam Tetralogi Laskar Pelangi. Sungguh kawan, guru muda ini cukup cerdas. Tidak sulit mengarahkannya. Saya senang karena selesai sharing saya yakin dia bisa jadi kader untuk meningkatkan SDM guru di madrasah tersebut. Terutama dalam hal administrasi guru.
Disamping itu sosok kepala madrasah yang siap bekerja siang malam. Padahal kediamannya di Pangkalan Brandan. Terkadang untuk sesuatu kegiatan yang penting, rela bermalam di madrasah tersebut (persis pak Harpan di Laskar Pelangi kan?). Selintas orang menganggap madrasah itu berada di pinggir hutan. Kebetulan dibelakang madrasah ada bukit yang masih banyak tanaman plus semak-semaknya. Tetapi di balik panorama semua itu tersimpan semangat mengabdi yang luar biasa. Yang sangat sulit ditemukan di kota besar.
Duh…pokoke dua hari sharing di sana asyiik and seru kawan. Walaupun sharing dari pagi sampai sore, tetapi gak capek. Cuma begitu sampek rumah di Pangkalan Brandan….he he he…baru deh terasa taapeekk na. Ha ha ha…
Kata sahabat saya….. “Perjalanan kita kali ini seperti petualangan Sherina ya….”
Smg MTs Al Hidayah dpt menghasilkan Lintang 2x yg lain.Truslah berjihad Bpk dn Ibu guru.Smg Allah mmbri kmudhan dgn sgla ktrbatasan yg ada.
BalasHapusEmang btl bu. Jgn pernah sepelekan ank2 yg sekolah di daerah. Ap lg yg dipelosok desa. Terkdg ad 'berlian' di sana
BalasHapus