MOHON MAAF, PELAWISELATAN DOT BLOG SPOT DOT COM SEDANG DALAM PROSES RENOVASI. HARAP MAKLUM UNTUK KETIDAKNYAMANAN TAMIPLAN. Semoga Content Sharing Is Fun Memberikan Kontribusi Positif Bagi Pengunjungnya. Semua Artikel, Makalah yang Ada Dalam Blog Ini Hanyalah Sebagai Referensi dan Copast tanpa menyebutkan Sumber-nya Adalah Salah Satu Bentuk Pelecehan Intelektual. Terimakasih Untuk Kunjungan Sahabat

4 Juli 2010

Dwilogi Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata (Part Two)



Cinta di Dalam Gelas

“Perempuan itu tidak ada habis-habisnya untuk ditulis”. Demikian kata Andrea Hirata pada sebuah acara talk show di TV-ONE bulan lalu. Cinta di Dalam Gelas buku kedua Dwilogi Padang Bulan ‘pyur’ menceritakan derasnya arus perjalanan hidup perempuan-perempuan tangguh, diantaranya adalah Enong, sebagai tokoh sentral dalam novel ini. Merupakan kelanjutan kisah Enong di Padang Bulan. Enong yang tidak tamat SD tetapi memiliki semangat belajar luar biasa, sekalipun badai kehidupan terus menerus menerpa. Ia adalah Guru Kesedihan bagi Ikal.

“Habis air mataku, lunas sudah kesedihan itu. Hidup harus berlanjut. Tantangan ada di muka. Masih banyak yang dapat disyukuri.”

“Berikan aku pelajaran yang paling sulit sekalipun, Boi. Aku akan belajar.”

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 102)

Bagi anda yang telah membaca buku terakhir Tetralogi Laskar Pelangi, yaitu Maryamah Karpov, anda akan menemukan jawaban siapa sebenarnya Maryamah Karpov dalam buku ini. Enong sang pemilik nama lengkap Maryamah binti Zamzami, ya dialah sang Maryamah Karpov tersebut. Bagaimana pula hingga bisa mendapat julukan Karpov ? Apakah masih ada hubungan kekerabatan dengan Anatoly Karpov, grand master catur dunia itu ? Lalu apa hubungannya dengan falsafah Cinta di Dalam Gelas? Semua dituntaskan Andrea Hirata dalam buku ini, tentu saja dengan bahasa analogi dan humornya yang sungguh ‘berkelas’.


Sebagai seorang ‘Cultural Novelist’, Andrea Hirata memulai novel ini dengan tetap mengulas dan menganalisa tekstur masyarakat dan budaya melayu. Sebagai pengamat dan peneliti budaya melayu, Andrea menguraikan betapa orang melayu tidak dapat terlepas dari kebiasaan minum kopi. Bahkan bagi keluarga Zamzami, ayah Enong, minum kopi bukan hanya sebuah kebiasaan biasa, melainkan merupakan media untuk menunjukkan rasa cinta kasih antara ayah dan ibunya.

“Jika kuseduh kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku.”

Meski tak terkatakan, anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas-membalas. Dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas.

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 11)

Kebiasaan unik masyarakat melayu dalam hal minum kopi membuat mereka tidak terlepas dari dua hal. Yaitu warung kopi dan catur. Disinilah Andrea Hirata menunjukkan ‘kelas’-nya sebagai seorang pembelajar yang mumpuni. Warung kopi yang mungkin bagi sebagian orang dianggap bukanlah tempat yang eksklusif, namun justru menjadi laboratorium psikologi dan sosiologi bagi Ikal. Seorang lelaki muda yang telah menamatkan studi Master of Science di Universite de Paris, Sorbone, Prancis, yang masih menganggur lalu harus magang di warung kopi pamannya karena termotivasi kata-kata ibunya:

“Lelaki muda, sehat wal’afiat, terang pikiran, dan punya ijazah, tidak bekerja ? Sepatutnya disiram dengan kopi panas!”

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 4)

Bukan Ikal namanya jika tidak mengambil pembelajaran dalam setiap jengkal hidupnya. Begitu juga ketika ia magang di warung kopi pamannya. Seperti yang dikisahkan dalam buku ini pada halaman 37:

Semakin dalam aku berkubang di dalam warung kopi, semakin ajaib temuan-temuanku. Hal semacam ini tentu tak kutemukan jika aku bekerja di sebuah kantor di Jakarta seperti rencanaku dulu. Kopi bagi orang Melayu rupanya tak sekadar air gula berwarna hitam, tapi pelarian dan kegembiraan. Segelas kopi bak dua belas teguk kisah hidup. Bubuk hitam yang larut disiram air mendidih pelan-pelan menguapkan rahasia nasib. Paling tidak 250 gelas kopi kuhidangkan saban hari untuk para pelanggan tetap warung kami. Setelah sebulan, aku hafal takaran gula, kopi, dan susu untuk setiap orang, dan aku tahu semua kisah.

(Cinta di Dalam Gelas. Hlm. 37)

Dari hasil research-nya di warung kopi, Ikal mengidentifikasi karakter manusia dalam sosok sebagai player (Orang yang tahan banting dalam menghadapi cobaan hidup, jatuh, bangun, jatuh dan bangun lagi) yaitu orang yang suka dengan kopi pahit. Sosok safety player (Pegawai kantoran yang bekerja rutin dan berirama hidup itu-itu saja. Mereka tak lain pria ‘do-re—mi’, dan mereka telah kawin dengan seseorang yang bernama ‘bosan’. Anti perubahan, melingkupi diri dengan selimut dan tidur nyenyak di dalam zona yang nyaman) yaitu orang yang menyukai takaran gula, kopi, dan susu secara proporsional. Sosok semi-player (Orang-orang yang ahli dibidangnya. Mereka bertangan dingin dan penuh perhitungan. Mereka bukan tipe pegang-lepaskan-pegang-lepaskan. Mereka adalah tipe pegang-cengkeram-telan. Namun kadangkalan mereka adalah pecinta yang romantis) yaitu orang yang menyukai takaran kopi hingga 4 sendok ditambah gula setengah sendok saja, ini termasuk kental. Ada juga sosok ex-player. Seperti apa karakter sosok ini ? Silahkan baca bukunya. He he he…!

Cinta di Dalam Gelas sarat dengan falsah hidup dengan pengantar yang sederhana. Pengantar yang dalam kehidupan sehari-hari mungkin luput dari kebermaknaan kita. Misalnya saja tentang kopi di dalam gelas dan catur. Enong atau Maryamah yang kenyang dengan perjuangan hidup yang keras sejak kecil, dan ia juga sebagai wanita pendulang timah pertama di Belitong. Ia menjadi pendulang sejak umur 14 tahun (baca Padang Bulan). Kisah cintanya tidaklah berjalan semulus adik-adiknya. Demi memperjuangkan hidup adik-adiknya Maryamah menunda berumah tangga. Satu-persatu adiknya menikah. Ia ikhlas dilangkahi adik-adiknya. Hingga suatu hari demi meredam kegundahan ibunya, Maryamah menerima lamaran Matarom. Tapi sayang Matarom bukanlah lelaki yang bertanggung jawab. Akhirnya Maryamah memilih pisah dari Matarom. Namun disisi lain ia ingin ‘menaklukkan’ Matarom. Hingga muncul pemikiran ‘gila’, Maryamah ‘menantang’ Matarom tanding catur pada perayaan 17 Agustus. Selain itu dengan ikut lomba catur, berarti Maryamah bersiap-siap mendobrak budaya di kampung melayu Belitong yang tidak mengizinkan perempuan ikut bertanding catur. Karena dalam pertandingan catur sesama pemain akan beradu pandang dalam waktu yang tidak sebentar, dan jika lelaki dan perempuan melakukan ini, berarti melanggar syariat. Selain itu semua orang juga tahu bahwa Matarom adalah pemenang catur setiap lomba 17-an. Maryamah yang tidak pernah kenal permainan catur berusaha keras mempelajari permainan ini. Dengan bantuan Ninochka Stronovsky seorang grandmaster internasional perempuan, teman Ikal ketika kuliah di Prancis dulu, mulailah Maryamah berlatih catur. Juga dibantu Selamot, perempuan yang selalu dikalahkan nasib, yang kemudian didaulat sebagai manager Maryamah. Sungguh tidak ada kamus ‘menyerah’ dalam belajar bagi Maryamah.

Pertemuan dengan Maryamah hari ini meletupkan semangatku. Aku telah melihatnya belajar bahasa Inggris dengan susah payah, tanpa merasa ragu akan usia dan segala keterbatasan, dan dia berhasil. Sekarang, ia siap berjibaku menguasai catur, dengan tekad mengalahkan seorang kampiun seperti Matarom. Ia tak dapat disurutkan oleh bimbang, tak dapat dinisbikan oleh gamang. Darinya, aku mengambil filosofi bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan; bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut.

(Cinta di Dalam Gelas, hlm. 103)

Wawasan penulis yang luas tentang catur ditambah dengan keintelektualannya dalam menyikapi hidup mengantar buku ini dalam deskripsi-deskripsi yang menarik. Falsah hidup yang menggigit. Seperti kutipan berikut ini:

Lalu, aku terpana mendapati dunia yang baru kukenal: catur. Telah kulihat bagaimana para pecatur menjadi jenderal, menjadi ahli strategi, raja-diraja, budak, atau terpaksa mengambil keputusan tanpa pilihan. Tak ada permainan lain seperti catur yang kemenangan dan kekalahannya dapat ditawar. Tak ada permainan lain yang dengan secangkir kopi tampak seperti bertunangan. Spirit catur melanda kaum ningrat hingga jelata, hitam dan putih sama saja. Catur kadangkala mirip persamaan matematika. Ada semacam konstanta a, yakni nilai pertandingan. Konstanta itu agaknya adalah pengetahuan tentang kemampuan lawan. Catur tak sekadar permainan raja palsu dan tentara-tentara yang terbuat dari kayu, namun mengandung perlambang kekuasaan dan alat untuk menghina.

(Cinta di Dalam Gelas, hlm. 248)

Kadang kala kulihat buah catur sebagai orang yang tersandera, politisi, seniman, komedian, dan spekulan. Di atas papan persegi empat itu telah kusaksikan orang mempertaruhkan martabat dan membakar kesumat. Bagi orang-orang tertentu, Maryamah dan Selamot misalnya, yang selama hidupnya selalu kalah, papan catur bak pusat putaran nasib. Di papan catur Selamot berjumpa lagi dengan Tarub dan Maryamah bertemu lagi dengan Maksum, Go Kim Pho, Overste Djemalam, dan Matarom, orang-orang yang dengan kebaikan dan keburukannya telah membentuk ia seperti adanya. Di papan catur itu Selamot dan Maryamah mendapati kerinduan menemukan penawarnya, utang budi menemukan terimakasihnya, ketidakadilan menemukan timbangannya, dan kedua perempuan yang selalu kalah itu menemukan kemenangan demi kemenangan.

(Cinta di Dalam Gelas, hlm. 249)

Akhirnya Maryamah dapat mewujudkan impiannya. Namun dalam upaya mewujudkan impian itu, ia tidak bergerak sendiri. Solidaritas yang tinggi, itulah proses keberhasilannya. Dibalik kemenangan Maryamah ada seorang grand master internasional perempuan sebagai arsitek caturnya,yaitu Ninochka Stronovsky. Dibantu dengan teknologi informasi-internet, sosiologi, referensi Buku Besar Peminum Kopi, yang semua ini dikelola Ikal, Ilmu Statistik Lintang, kerja keras seorang spionase Detektif M. Nur bersama Jose Rizal, Preman Cebol dengan burung merpatinya yang cerdik, serta lelaki norak yang mampu bersepeda 70 kilometer per jam alias Kapten Chip. Ternyata serumit apapun sebuah tujuan jika diselesaikan bersama-sama dapat terwujud juga.

Dalam upaya Maryamah menaklukan Matarom, ada satu pelajaran moral yang sangat berkesan dalam buku ini. Saya kutip pada halaman 250:

Melalui Maryamah, aku belajar menaruh hormat pada orang yang menegakkan martabatnya dengan cara membuktikan dirinya sendiri, bukan dengan membangun pikiran negatif tentang orang lain. Lalu aku berpikir, seumpama catur, hidup sedikit banyak seperti reaksi atas pilihan sulit yang silih berganti mem-fait accompli manusia, dan rupanya alasan selalu lebih mudah dilupakan ketimbang akibat.

Dwilogi Padang Bulan – Cinta di Dalam Gelas tidak hanya membuat kita hanyut dalam untaian Mozaik yang satu ke Mozaik berikutnya, namun novel ini menghanyutkan pola pikir kita untuk lebih cerdas dalam menyikapi hidup.

Lantas bagaimana Maryamah bisa mendapat gelar Karpov, sehingga ia dijuluki Maryamah Karpov? Hmm…untuk yang satu ini, baca saja bukunya ya….! Ha ha ha..!!

30 komentar:

  1. koq jadi puyeng banget yah kaLo bacanya disiniii..., di copas aja ah terus di print. sepertinya Lebih ideaL kaLau bukunya dipinjemin nih.
    si_om sih enggak bermaksud meminjam bukunya, tapi kaLo dipinjemin yah dengan senang hati mau banget sangat, hihii...
    dan enggak ngarep dipinjemin juga sih, cuma siapa tau aja pemiLik bukunya berharap kaLo si_om mau nerima pinjaman bukunya, wkwkwkwk...
    ibarat kata pak_patah, *Laksana pohon yang berbuah*. yang maksudnya, pemiLik pohon sudah cukup senang kaLau pohonnya dapat tumbuh subur, tetapi Lebih senang Lagi kaLo buah dari pohonnya bisa dibagi-bagikan kepada orang Lain ehem...ehem.

    BalasHapus
  2. @om rame: mulai dari IDEAL, trus PINJEM BUKU, lalu ENGGAK NGAREP, kemudian *LAKSANA POHON YANG BERBUAH*, trakhir BAGI-BAGI...! Sama lah om, bu guru juga puyeng bacanya...! he_em...he_em...!!

    BalasHapus
  3. :D

    elok belum baca bukunyaa, di gramed udah ada, pengn beli tapi belum ada uangnyaaa.. hiks hiks..
    T.T

    BalasHapus
  4. “jika ku seduh kopi, ayah menghirupnya peLan-peLan LaLu tersenyum padaku.”

    aku sudah enggak punya ayah, hikshikshiks.
    semoga beLiau diberikan keLapangan kubur dan mendapatkan tempat terbaik disisi-NYA.

    BalasHapus
  5. @Elok: Tenang aj ukhti, niat baik pst kesampaian. Rp 76.500,- harganya...! Kalo buat sndiri, blm tentu mau d bayar segitu kan..? he he he..!

    @0m rame: "Oh..uncle..! I'm sorry to hear that...!"
    Amiin for your prayer..!

    BalasHapus
  6. wah bagus neeh kalo ntar dibuat versi layar lebarnya :-)

    BalasHapus
  7. lebih puyeng lagi teman seprofesi anda ini , satupun novel andrea hirata belum kubaca, bahkan film laskar pelangi pun belum di tonton, aduh kasihan banget deh

    BalasHapus
  8. assalamu'alaikum wr.wb.. bu....terima kasih udah kunjungan kemaren....wah artikelnya menarik sekali..bisa gratis baca2 nih bu...izin buat link ya bu di blog saya, biar siswa bisa langsung meluncur ke blog ini bu...

    BalasHapus
  9. binun nih mau komen apa, soaLnya beLum pernah baca bukunya sih. mau beLi beLum ada yang mau minjemin ATM, hihihi...

    terima kasih yah buw atas doa dan pencerahannya. baca tuLisan dwiLogi mengenai kopi tersebut jadi mengingatkan saya akan aLm.

    BalasHapus
  10. @om rame: sama2 om. Makasi jg sdh bolak-balik. Mana gak dianterin lagi. he he he
    Anyway...tentu punya kenangan indah tersendiri ya om.. Kenangan yg slalu diingat..!!
    Siipplah..!

    BalasHapus
  11. salam kenal kembali...makasi udah berkunjung ke tempatku...^_^ waahh...jadi pengen beli bukunyaaa...nice review...salam persahabatan..

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  13. Comment yg d hapus sesuai request pengirimnya. Tunai ya om...! Anytime, think before posting. he he he..!

    BalasHapus
  14. matursuwun teacher, cause kuLone mboten know is cLeared in comment. sing penting safety terkendaLi nggih buw.
    sugeng weekend mawon nggig buw.

    BalasHapus
  15. “Lelaki muda, sehat dan afiat, terang pikiran, dan punya ijazah, tidak bekerja?. sepatutnya disiram dengan kopi panas!”.
    kejam banget buw, hehehe....

    BalasHapus
  16. tadi berkunjung ke bLognya sahabat niLLa, eh disitu ada ibu maka Langsung meLuncur kesini.
    bahasa dwiLoginya berat banget sampe enggak kuat ngegotongnya, hihihi...

    BalasHapus
  17. @om rame: Ups...berat ya om..? Perlu dibantu ? Bukankah berat ringan jinjing sendiri..? Walaaahhh...pepatah ngawur ya..? Wkkk...!

    BalasHapus
  18. pingin bangeeettt, mo nambung dulu ahh!!!

    BalasHapus
  19. KLo ga salah ini buku yang satu buku ada 2 judul itu bukan ya??? aku juga suka karyanya dia tapi terlalu panjang2 bacanya biarpun seru juga sih hhe....

    kapan ya dijadiin Filmnya???

    BalasHapus
  20. Menarik sekali bukunya, bisa di beli dimana?aya tunggu kunjungannya di website saya.thx salam sukses

    BalasHapus
  21. wah, ada buku Andrea yg baru ya.

    BalasHapus
  22. terus terang - terang terus, berminat juga untuk memiLiki buku ini. namun masih banyak buku-buku Lain yang beLum tamat daLam mencermatinya, jadi untuk sementara, bacanya via fasiLitasi media ini aja duLu yah buw.

    BalasHapus
  23. q tak ska sdkit pun
    beli x jg krna tntutan tgs mata kliah prose
    crta x trlalu panjg, tp inti x cm 1,smple bgt
    g kren
    jauh lbih bgus sang pemimpi

    BalasHapus
  24. dr kmaren mo koment disini lupa mulu
    sy udah khatam tetraloginya andrea,,,laskar pelangi khatam sekali,sang pemimpi satu stengah,edensor hampir tiga kali,m.karpov 2 kali khatam..khafidz sy bu..hehe..td asma nadia di tv launcing sekuelnya maryamah karpov jd maryamah kapok..hohoho,,, gmna nggak kecewa sy bu..? maryamah karpov nya yg asli saja critannya msh nggantung..di sekuelin pula,dan ktanya jwabannya ada di buku padang bulan ini yah?? kecewaan sy bertambah krn sy tdk pnya bukunya...pinjem dong bu..? kirim via tiki alamatnya ntar sy kasih...hehehehe

    BalasHapus
  25. @zewee: mending kamu baca cerpen aj deh. he he he
    BTW, makasi ya sdh mampir

    @aan: yap, silahkan berdoa aj. Siapa tau doamu terkabul. wkkk...!!

    BalasHapus
  26. Terkdang mas Andrea trjbk dgn nalar modrnisasi ...
    Tp, ttp salut bgi beliau dn pmbacanya...
    ikut jdi follower y...

    BalasHapus
  27. 'makasih bang ya? melalui bolg ini, sy mohon izinnya utk sy gunakan sebagai bagian dari penelitian Disertasi yg brjdl "Realitas Sosial dalam Dwilogi PADANG BULAN Karya Andrea Hirata (Berdasarkan Pendekatan Sosiologi Sastra). karna pembaca adalah bagian dari sosiologi sastra maka blog ini sy libatkan sebagai sarana utk mengumpulkan data yang berasal dari pembaca. sy mohon konfirmnya ya? tq.

    BalasHapus
  28. Jemy Polii
    Mohon yang kpingin share, ataupun punya komentarnya terkait novel Dwilogi PADANG BULAN, tolong di e-mailkan saja ke jemy_polii@yahoo.co.id
    Bantuan teman2 sangat sy harapkan demi berhasilnya penelitian sy. tq ya, tmn2.

    BalasHapus

Komentar 'Yes' but Spam...oh...'No'...!